Tag Archives: scorpio

55555,5 Kilometer Petualanganku Bersama Yamaha Scorpio

redto-black.web.id – Mas Bro Gan Sob, tak terasa sudah lima tahun lebih saya bersama redto-black (Yamaha Scorpio milik saya). Menemani berpergian bersama isteri, menemani petualangan kami berdua, menemani kami dalam kesepian ketika menunggu hadirnya buah hati. Dulu tidak terpikirkan untuk memilih Yamaha Scorpio sebelum memilikinya, dan membelinyapun tanpa tujuan. Hanya sekedar membeli untuk dipakai harian. Yamaha Scorpio saya beli pada bulan Juli tahun 2012, masa yang harusnya sudah memusnahkan motor jadul semacam Yamaha Scorpio. Bagaimana tidak, saat itu Yamaha Sudah berjaya dengan Yamaha Vixionnya. Motor genre sport injeksi yang pertama dikeluarkan di Indonesia.

Awal memiliki Yamaha Scorpio saya tidak ada niatan untuk pergi touring ataupun bertualang. Namun istri tiba-tiba mengajak untuk pergi ke Dieng, saya sendiri belum pernah ke Dieng dan belum tahu mana jalurnya, seberapa jauhnya. Namun bersama Yamaha Scorpio saya tidak ada perasaan ragu, bahkan saya merasa tertantang, bagaimana sih rasanya touring itu, apa saja sih yang harus disiapkan untuk touring? Yap, dengan bermodal Yamaha Scorpio yang masih standart, hanya saya ganti conrod suspensinya agar lebih tinggi dan tidak ambles, serta stang yang lebih tinggi dari aslinya. Saya beranikan diri untuk touring pertama kali, yang saya rangkum di Trip To Dieng Plateu.

Selesai dengan touring ke Dieng ternyata membuat kami ketagihan. Jadilah beberapa short trip yang saya lakukan bersama istri, antara lain Membayar Janji, Waduk Kedung Ombo. Dari dua perjalanan ini saya belajar banyak hal, mulai dari pesiapan sebelum touring, perlengkapan apa saja yang harus dibawa saat touring, dan sebagainya. Selepas dari dua perjalanan itu pada bulan Februari tahun 2014 kami melanjutkan petualangan kami ke Pacitan. Destinasi yang sudah kami rencanakan sebelumnya, dimana Pantai Klayar yang menggoda dan Goa Gong yang membuat penasaran. Ditambah dengan keinginan melihat kota kelahiran salah satu mantan presiden Indonesia. Ceritanya bisa disimak di artikel saya Trip to Pacitan I & Trip to Pacitan II. Touring bersama Yamaha Scorpio ke pacitan memberikan bekas yang mendalam di hati saya, rindu akan indahnya pantai dan kelokan jalan membuat hati kecil saya selalu mengajak untuk mengulangi. Hingga akhirnya pada bulan Maret 2014 saya kembali ke Pacitan, namun kali ini hanya saya dan Yamaha Scorpio saya berserta rombongan teman-teman kerja saya. Yang saya ulas dalam Group Riding to Klayar Beach, Pacitan.

Beberapa bulan kemudian di tahun 2014 saya melakukan bebrapa update pada Yamah Scorpio saya. Yang paling besar adalah merombak kaki-kakinya ke rim 17 tapak lebar yang saya ceritakan Mencoba velg 17″ tapak lebar. Modifikasi ini saya lakukan agar Yamaha Scorpio saya lebih nyaman digunakan untuk touring jarak jauh. Namun modifikasi itu ada resikonya juga, terbukti saya mengalami Yamaha Scorpio Selang Rem Putus. Dan pemasangan velg lebar ini juga memakan Korban Pemasangan Velg Lebar. Selain itu saya juga mendapatkan pengalaman baru dalam penggunaan velg & ban lebar yang saya tulis dalam impresi setelah dua minggu memakai velg chemco & ban swallow SB117. Di bulan Agustus saya kembali melakukan touring ke Dieng. Kali ini saya dan Yamaha Scorpio saya touring bersama rombongan Jatengmotoblog. Touring bersama dengan Jatengmotoblog saya ringkas dalam tulisan Kopdar & Touring Perdana Jatengmotoblog. Touring saat itu membuat saya mendapat pengalaman Menikmati Dinginnya Dieng.

Dan benar saja, ternyata Pacitan membuat kami ketagihan. Akhirnya pada bulan September 2014, kami (saya, istri & Yamaha Scorpio) kembali mengulangi petualangan Another Journey to Pacitan. Sepulang dari Pacitan saya rasakan ada beberapa keanehan di motor saya, yang saya tuangkan dalam Dilema Cakram Belakangku. Yang akhirnya membuat saya melakukan Redesain Bracket Master Rem Cakram Belakang.

Dengan Yamaha Scorpio saya mengulangi beberapa perjalanan favorit saya. Di bulan November 2014 ke Pacitan Lagi. Bahkan di tahun baru 2015 pun saya bersama teman-teman KSR melakukan perjalanan ke Pacitan.Mengawali Tahun 2015 dengan Touring bersama KSR [Kaskus Scorpio Riders] Chapter GALAUERS. Di tahun 2015 ini saya melakukan beberapa eksperimen di Yamaha Scorpio saya. Antara lain modifikasi jalur listrik lampu utama agar mengambil arus dari aki. Mengganti switch handle dengan milik Old Vixion untuk mematikan AHOnya. Dan ada insiden jempol kejepit juga saat saya mencuci Yamaha Scorpio saya. Di bulan Mei 2015 saya kembali mengajak Yamaha Scorpio saya untuk berpetualang, kali itu kembali lagi ke Pacitan namun setelah dari Trenggalek. Sepulang dari Trenggalek velg chemco yang saya pakai peyang, entah kena lubang dimana.

Di bulan Juli 2015 saya melakukan perbaikan Ganti Komstir Bawah Scorpio. Di bulan Agustus 2015 selain saya sedang menunggu kelahiran buah hati kami, saya mengalami sedikit musibah dengah teman saya. Yang tentunya melibatkan yamaha scorpio saya, Alhamdulillah kami baik-baik saja. Di bulan itu pula saya mengganti sein depan Yamaha Sorpio dengan sein Yamaha Vixion. Bulan September 2015 adalah bulan yang indah bagi kami, di awal bulan buah hati kami lahir. Setelah tiga tahun menikah akhirnya kami dianugrahi seorang putri yang imut dan lucu.

Penghujung tahun 2015 saya kembali berpetualang bersama Yamaha Scorpio ke Dieng. Dieng Another Part I-V. Saat itu saya bersama dengan dua rekan kerja saya, di Dieng saya sempat mengalami insiden kecil bersama teman saya, kami jatuh terpeleset dijalan tanah yang dipenuhi genangan air. Insiden ini memberikan sedikit luka di headlamp dan bar end Scorpio saya. Alhamdulillah hanya luka kecil yang akan menjadi kenangan indah.

Me & Redtoblack – Welcome to Dieng

Di tahun 2016 saya berpetualang ke Bromo bersama dua teman saya dari Kaskus Scorpio Rider, untuk cerita dan pengalaman touring terjauh saya ini bisa disimak di artikel Bromo, KSR Chapter plat AD I, II, III. Dari akhir tahun 2016 hingga saat ini tak terlalu banyak perjalanan touring bersama redto-black saya. Kebanyakan hanya perjalanan pendek bersama buah hati, beberapa perbaikan minor, oversize, ganti ban dan perawatan rutin biasa saja.

Hingga saat ini redto-black saya pernah sekali jatuh bego saat parkir tidak pas di lapak duren Pak Gito Gunungkidul, sekali jatuh bego bersama saya dan teman saya saat terpeleset di jalan tanah di Dieng dan sekali jatuh serius saat insiden bersama teman saya.

Pernah berpisah lama dengan redto-black? tentu saja, baik saat dinas luar kota, saat harus menginap di rumah sakit dan saat redto-black dirawat di bengkel langganan.

Bosen dan pengen ganti tunggangan? Bosen sih tidak, kalau ganti jelas pengen ganti dengan yang lebih baik, namun jujur saja belum ada uang yang cukup dan masih berharap ditemani redto-black lebih lama lagi.

Bagaimana Rasanya Memiliki Yamaha Scorpio itu? Bukan rasa seperti makanan ya, tapi bagi saya Yamaha Scorpio menjadi motor yang berarti bagi saya, body gagah, tenaga cukup, bisa diajak jalan-jalan, nyaman dan tidak mboseni. Bisa memberikan makna dalam setiap perjalanan saya. Namun jangan kaget dengan harga-harga sparepartnya.

Nah mas bro gan sob itu tadi artikel edisi khusus mengulas 55555,5 kilometer saya bersama Yamaha Scorpio. Punya cerita bersama motor kesayangan anda dan ingin dimuat di blog saya? kirim saja artikelnya ke alamat email saya (nugroho@redto-black.web.id). Atau jika lokasi terjangkau bisa kopdar dengan saya langsung. Terimakasih.

Baca juga :

Touring Bersama Kaskus Scorpio Rider – Pacitan 2015

redto-black.web.id – Touring Bersama Kaskus Scorpio Rider – Pacitan 2015. Diawali dengan rencana om Pepi (Priyanto), om Erwe(Rahadi Wibowo)  dan om Marsan yang berencana menghabiskan akhir tahun 2014 dengan riding ke Jogja, sekaligus menengok anaknya om Marsan yan baru lahir (kurang lebih sudah umur sebulan) dan bahkan awalnya akan riding ke Bromo, namun hanya menjadi bahan kegalauan mereka, hehehe.

Tanggal 31 Desember 2014 tiba-tiba om Marsan info ke group WA kalau akan riding ke Pacitan tanggal 1 pagi jam 08.00 pagi berangkat, akhirnya saya memutuskan untuk ikut, selain pengen jalan-jalan juga pengen ketemu mereka di dunia nyata, yang selama ini hanya sering ngobrol di WA saja (kecuali om Marsan, pernah ketemu jelang lebaran tahun lalu).

Dan akhirnya sayapun bilang ke istri kalau mau jalan sama teman-teman, tapi sepertinya istri tidak rela jika tidak diajak, sebenarnya saya juga suka saja kalau ngajak istri, tapi melihat teman-teman ini pasti tidak bisa pelan kalau bawa motor akhirnya saya tidak mengajak istri setelah bisa menenangkannya dan memperbolehkan saya jalan dengan teman-teman.

Tanggal 31 malam saya meminta info ke om Marsan & om Seka mengenai jadi atau tidaknya dan ternyata tidak ada kabar, sampai akhirnya pagi di grup WA om Erwe info bahwa mereka jadi riding ke Pacitan , akhirnya saya tanya saya harus kemana yang awalnya saya mau ketemuan saja di Pacitan langsung dan om Marsan meminta saya nyusul ke Jogja saja di rumah om Seka, yang lebih tepatnya di Manisrenggo Klaten.

Akhirnya pagi sekitar pukul 7 pagi saya berangkat ke Manisrenggo(tentunya setelah pamit dengan istri dan ibu mertua), sampai di daerah Prambanan saya tanya di grup lokasi tepatnya rumah om Seka dimana, tapi tidak ada yang menjawab, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti GPS menuju kecamatan Manisrenggo, mendekati lokasi kecamatan saya berhenti di depan BKK lalu membuka handphone untuk bertanya lagi.

Namun belum jadi bertanya tiba-tiba meluncur seekor yamaha scorpio warna hitam dan ditunggangi joki berwarna hitam berbaju hitam dan bercelana hitam dan kulitnyapun …… hehehe. Suatu kebetulan atau bagaimana perasaan saya yakin bahwa sepertinya pernah lihat scorpio itu (dari gambar yg di share di WA) akhirnya tanpa basa basi langsung saya susul, saya ikutin masuk ke gang kampung, dan ternyata benar itu om Seka.

Sampai di rumah om Seka, ternyata om Pepi & om Erwe sedang jetting karbunya om Pepi yang mbrebet di putaran atas, saya cuma bisa melihat dan memperhatikan, karena saya tidak banyak paham mengenai mesin apalagi setting karbu, dan yang menarik adalah ketika om Erwe memakai kabel serabut untuk mengganjal pilot jet karbu agar pas settingannya, dan ternyata benar setelah diganjal dengan kabel serabut bisa ketemu setttinganya dan tidak lagi brebet di putaran atas.

pio om Pepi yang sedan di jetting

Rencana awal jam 08:00 berangkat, tapi menjadi molor karena harus beres-beres, selain itu masih memasang spakbor dpannya om Secka yang kemarin pecah gara-gara blusukan main tanah dan masih mengurut kabel lampunya om Ruri yang lampu jauhnya mati, yang ternyata disebabkan karena kabel kearah soketnya putus.

Alhasil seusai sarapan yang agak siang, sekitar pukul 11 kami berlima baru berangkat, tujuan pertama ke Patuk Gunung Kidul, om Marsan sudah menunggu di sana, dan sudah galau karena masih ada acara keluarga dirumahnya. Setelah bertemu dengan om Marsan kami melanjutkan ke Pacitan melalui Wonosari – Wonogori – Pacitan, sampai di daerah Rongkop para bapak-bapak galau ini mulai menggila.

Jalanan yang mulus, banyak tikungan membuat mereka kesetanan, saya yang tidak berani ngebut akhirnya ditinggal jauh dibelakang, sempat sesaat ditemani om Seka di belakang, namun akhirnya om Seka juga terpancing untuk ikut mereng-mereng (dengan dalih tidak tau jalan, jadi tidak mau ketinggalan).

Dengan kondisi seperti ini saya tetap konsisten pelan, menjaga kecepatan di angka 80kpj, kadang 90kpj kalau jalan lurus, sampai beberapa tikungan saya tidak melihat rombongan sama sekali, untungnya om Pepi mau pelan, akhirnya saya dibelakang om Pepi untuk beberapa saat, sampai masuk mendekati wilayah Wonogiri.

Begitu masuk wonogiri semua berubah, karena negara api menyerang  jalanannya bergelombang dan banyak tambalan yang menyisakan pasir dijalur, mulai di jalur ini saya mulai di depan, karena saya yang pernah lewat daerah situ dan yang lain belum pernah. Sekitar pukul 13.30 kami sampai di perempatan Giritontro, kami istirahat untuk makan, mampir di warung bakso, disini kami istirahat kurang lebih selama setengah jam, saya sendiri hanya minum air putih dan es teh saja.

Ngopi Dulu, biar gak galau kata om Pepi

Kemudian pukul 14:00 kami lanjut perjalanan melalui jalur Giritontro yang baru, yang dulu pernah saya lewati dua kali masih jalanan rusak, sekarang sudah full aspal mulus, menurut warga yang kami temui di warung bakso tadi jalan itu baru saja dibuka setelah selesai diperbaiki, dan kembali saya didepan, efeknya rombongan berjalan sedikit pelan.

Sampai akhirnya kami memasuki wilayah Goa Gong yang sudah ramai, jalan yang sempit ditambah bahu jalan yang dipakai untuk parkir mobil karena halaman parkir utama tidak mencukupi. Selepas Gua Gong jalan menuju arah pantai klayar juga sudah selesai diperbaiki, namun hanya sampai sebelum desa Kalak, sedangkan dari desa Kalak jalan masih rusak, sama seperti terkahir saat saya ke pantai Banyu Tibo. Di pertigaan terakhir menuju pantai Klayar akses jalan tertutup mobil, dan kami dipaksa untuk lanjut menuju pantai Ngiroboyo yang bersebelahan dengan pantai Klayar.

Jalan menuju pantai Ngiroboyo berupa jalan cor yang kebanyakan rusak yang membuat saya ekstra hati-hati dalam mengendalikan motor saya, karena terasa ban depan seperti belok-belok sendiri ketika melewati jalanan yang rusak. Sebelum sampai pantai Ngrioboyo, kami dihadapkan dengan pemandangan yang cukup indah, bukit hijau dimana backgroundnya adalah laut biru. Bapak-bapak galau ini akhirnya mengajak untuk menepi dan ambil gambar dulu sambil menunggu om Erwe yang masih ketinggalan dibelakang, yang ternyata sekeringnya putus karena goncangan-goncangan diperjalanan tadi.

Puas ambil gambar, kami lanjut turun menuju pantai Ngirboyo, viewnya lumayan sih, namun tak sebagus pantai Klayar. Disini saya dipaksa membawa motor saya melewati hamparan pasir yang lumayan luas dan memaksa saya sering memakai setengah kopling, tidak terbayang jika sampai Bromo dan harus melewati padang pasirnya yang luas.

Disini kami cuma sebentar, karena mereka tetap pengen ke pantai Klayar. Selain itu om Marsan pamit pulang duluan karena sudah berjanji dengan keluarganya harus sampai dirumah sebelum maghrib. Akhirnya kami keluar dan kembali menuju pantai Klayar, namun dengan jalur yang berbeda dengan jalur biasanya yang ternyata sangat menantang.

Kami harus menuruni jalan tanah yang curam, pada saat turun ini kami tidak kepikiran bagaimana nanti naiknya. Sampai dibawah kami lansung masuk ke warung dan memesan mie goreng dan minuman, mau jalan jalan ke pantainya namun sedang pasang, mau melihat seruling samudera pun tidak bisa, karena akses masuknya ditutup sebab ombak yang besar, akhirnya kami hanya istirahat sebentar di Klayar.

Naik dari parkiran motor ke jalan utama membutuhkan usaha extra, awalnya kami mencoba naik melalui jalan turun tadi, namun tidak jadi karena susah, akhirnya mencari jalan lain yg lebih landai, dan ternyata ada namun jalurnya tidak rata dan sampingnya jurang yang tidak terlalu dalam tapi tetap saja berbahaya jika tidak hati-hati, kami berlima naik satu persatu dan saling bantu mendorong motor jika selip. Akhirnya kami bisa naik dengan selamat semua kemudian melanjutkan perjalanan pulang

Diperjalanan pulang kami sempat berhenti beberapa kali karena om Seka harus membetulkan spakbor depannya yg kendor dan menggesek ban

Lalu berhenti di pom bensin baru di daerah utara Giritontro, kemudian berhenti lagi di Wonogiri kota karena kabel koplingnya om Erwe putus, untungnya saya membawa cadangan, kemudian kami lanjut ke Solo, menuju rumah om Binjul, sesampainya di rumah om Binjul saya pamit pulang duluan, karena sudah malam dan istri sudah menunggu di rumah.

Mencoba velg 17″ tapak lebar

Melihat kondisi ban belakang Scorpio saya sudah seperti berubah tipe saja, dari ban all purpose menjadi ban slick ( baca aus, halus, botak ), sebenarnya ban ini belum pernah bocor hanya ada beberapa paku yang nyangkut tapi tidak sampai merobek ban luar dan ban dalamnya, akan tetapi karena usia yang sudah 2 tahun dan juga sudah botak ditengah (gak bisa miring-miring, jadi tengahnya saja yang habis) membuat saya bertekad bulat ngumpulin dana untuk merombak area kaki-kaki.

Rombakan ini saya lakukan dengan mengganti ban dan velg, saya memilih velg merk chemco ukuran 2.5×17 untuk velg depan dan 3.5×17 untuk velg belakang yang ditebus senilai 1.3jt dari toko variasi di daerah Solo Baru dan ini sudah saya beli beberapa bulan lalu. Lalu menyusul master rem dan kaliper rem belakang merk nissin chemco di bulan Mei senilai 800.000 rupiah. Kemudian di bulan Juni menebus disc cakram original Tiger Revo senilai 150.000 rupiah serta membeli kelengkapan lainnya, seperti baut-baut cakram, bearing roda depan belakang, bearing gear, damper naff gear, bushing roda, seal oli, yang mencapai total sekitar 400.000 rupiah.

Kemudian di bulan Juli membeli satu set ban merk Swallow tipe SB-117 ukuran 100/80 x 17 untuk roda depan, 120/80 x 17 untuk roda belakang seharga 720.000 rupiah serta membuat bracket untuk dudukan master rem seharga 30.000 rupiah dan membeli spakbor old vixion senilai 70.000, setelah dirasa cukup materialnya akhirnya Sabtu 19 Juli 2014 lalu saya bawa motor dan semua perlengkapan itu ke bengkel dekat rumah setelah sebelumnya saya berunding dengan pemilik dan montirnya, karena bengkel ini lumayan ramai dan montirnya hanya 1 orang, akhirnya disepakati motor harus menginap maksimal dua hari di bengkel, ya mau gimana lagi, daripada saya harus bawa ban, velg plus kelengkapannya ke bengkel langganan yang cukup jauh, akhirnya saya pasrah dan mempercayakan pengerjaannya ke bengkel tersebut.

Sabtu sore, sempat sekali ngintip ke bengkel, motor masih dianggurin, belom dikerjakan sepertinya, ternyata baru masang ban ke velg saja, menunggu dengan sabar.

Minggu pagi kembali saya cek ke bengkel, masih belum dikerjakan juga, akan tetapi mekaniknya bilang kalau kepala baut untuk cakram belakangnya kurang tipis, harus cari baut yang lebih tipis, seperti punyanya satria fu katanya dan ternyata bengkelnya tidak punya, akhirnya saya bantuin nyari ke toko baut di daerah Nusukan Solo, sekalian beli baut buangan oli dan baut cakram depan, untuk cadangan. Baut sudah didapat, akhirnya saya serahkan ke mekanik dan saya lihat ban depan sudah dilepas untuk melepas piringan cakram yang ternyata harus memakai bantuan tukang las, karena bautnya susah dilepas. Kemudian saya tinggal lagi, untuk istirahat.

Sorenya, sekitar pukul 3 sore saya kembali ke bengkel, saya cek motor saya sudah tidak ada di bengkel dan roda depan belakang saya sudah dicopot, sambil nunggu akhirnya saya angkut pulang roda dan kelengkapannya yang tidak dipakai lagi, ternyata motor saya sedang dibawa ke tukang las untuk membuat tuas penghubung antara pedal rem dan ujung tuas master rem dan sedikit memotong dudukan kaliper rem karena mentok dengan swingarm, setelah beberapa saat menunggu akhirnya motor saya dibawa kembali ke bengkel, tinggal finishing, memasang tabung minyak rem dan setel rantai belakang. Dan Alhamdulillah, selesai

[ Harapan ] Tampang baru Yamaha Scorpio

Setelah liat tulisan di blognya pertamax7 (http://pertamax7.com/2013/02/13/tampang-baru-yamaha-scorpio-z-kayak-apa-ya/). Jadi pengen menuliskan harapan tetang Tampang Baru Yamaha Scorpio.

1. Headlamp

Klingon, itulah julukan yang sering dipakai untuk headlamp NSZ, kurang lebih bentuknya seperti ini

kalau pengennya sih ganti kaya gini

akan tetapi, dengan kondisi klingon sekarang, ada jg yang bisa membuat tampilannya menjadi lebih bagus, contoh saja Scorpio putih milik om Donodomo.

2. Spakbor belakang.

Dengan kakinya yang cungkring, saya rasa spokbor belakan NSZ sekarang terlalu lebar dan pendek,  pengennya jadi kaya gini nih

3. Suspensi belakang.

Udah bawaan dari lahir kalau suspensi Yamaha Scorpio terlihat ambles, mungkin karena tipe motor yang mengarah ke tipe cruiser, jadi bodi belakang lebih rendah dari depan. Pengennya sih nanti jadi lebih tinggian, selama ini tmen2 pengguna Scorpio mengakali dengan ganti AR atau CRnya agar lebih tinggi.

4. Mesin

Wah.. kalau mesin ngikut aja ah, saya tidak terlalu paham dengan mesin, menurut saya mesin NSZ sekarang sudah bagus, kalau mau diganti injeksi, sepertinya kurang setuju juga, karena sering blusukan kemana-mana,tar kalau dipake berenang korslet bisa matot, repot deh…:D