Touring Perdana bersama Keluarga & The Grey. Melanjutkan cerita saya mengenai touring perdana saya, setelah dari pantai Teleng Ria kami kembali ke penginapan. Kamar yang saya pesan belum ada air panasnya, sehingga saya membawa heater untuk memanaskan air untuk mandi anak saya. Selesai memandikan anak gantian saya dan istri mandi.
Beranjak sore hujan kembali mengguyur, padahal untuk malam ini kami tidak dapat makan malam dari hotel. Akhirnya setelah maghrib hujan mereda, saya manfaatkan waktu untuk keluar mencari makan. Iya saya memilih keluar hotel jalan kaki, meskipun saya bawa mobil. Karena kalau malam males nyetir.
Ternyata tempat saya menginap agak jauh dari rumah makan, paling dekat ada angkringan dan restoran fastfood. Berhubung membawa anak, saya memilih beli ayam goreng & nasi di restoran fastfood. Sudah memesan dua porsi nasi ayam, saya baru ingat ternyata dompet tidak saya bawa dan hanya ada uang empat puluh ribu rupiah. Untungnya masih cukup untuk membayar makanannya. Kembali ke hotel ternyata anak saya sudah tidur pulas. Jadinya hanya saya dan istri yang makan.
Malam hari dipesisir memang identik dengan udara panas. Untungnya saya booking kamar ber AC, jadi anak saya masih bisa tidur tenang. Meskipun ACnya sedikit berisik. Pagi hari selesai sholat subuh dan bersih-bersih, belum mandi saya ajak anak dan istri saya keluar jalan-jalan sekalian menuju pantai Pancer. Pertama kami mampir dulu ke alun-alun Pacitan dulu.
Sayangnya semalam hujan, jadi anak saya tidak bebas bermain, tempat bermainnya basah.
Selain jalan-jalan kami juga bertujuan untuk mencari sarapan bubur untuk anak saya. Selesai bermain-main akhirnya kami menemukan penjual bubur ayam. Saya membeli satu dibungkus untuk sarapan saya. Kemudian kami lanjut ke pantai Pancer, sedikit beruputar-putar, karena baru pertama kali saya ke pantai ini. Ternyata Pantai pancer merupakan sisi lain dari pantai Teleng Ria.
Sangat mirip dengan Teleng Ria, namun ombak disini terasa lebih besar. Selain itu sekeliling pantai banyak ditumbuhi pohon cemara. Suasananya jadi terlihat lebih segar.
Disini kami sempatkan untuk makan bubur ayam, cukup seporsi bertiga, karena anak saya makannya tidak banyak. Berhubung ombaknya lebih besar, anak saya takut untuk bermain seperti sebelumnya. Dia hanya berani bermain pasir di tepi pantai.
Selesai bermain kami kembali ke penginapan, tak lupa mampir untuk membeli sarapan di warung yang biasa saya pilih untuk makan di Pacitan seperti yang saya ceritakan disini. Sampai di penginapan kami langsung berberes, mandi kemudian lanjut pulang. Tak lupa kami mampir untuk beli oleh-oleh tahu ikan dan sale pisang.
Perjalanan dari Pacitan sampai Baturetno Wonogiri berlangsung lancar. Kami sempat berhenti untuk isi bensin juga. Selepas dari Baturetno hujan mengguyur deras, sangat deras sekali, ini kali pertama saya nyetir dalam kondisi hujan deras. Akhirnya dengan berjalan pelan-pelan kami sampai di kota Wonogiri, hujan masih mengguyur namun hanya sebentar saja. Alhamdulilah dengan menempuh jalur yang sama dengan jalan berangkat kami sampai di rumah sekitar puku 14.00. Sebuah touring perdana bersama keluarga yang sangat berkesan dengan saya, memberikan pengalaman menyetir sendiri dengan jarak yang lumayan jauh.
redto-black.web.id – Touring Bersama Kaskus Scorpio Rider – Pacitan 2015. Diawali dengan rencana om Pepi (Priyanto), om Erwe(Rahadi Wibowo) dan om Marsan yang berencana menghabiskan akhir tahun 2014 dengan riding ke Jogja, sekaligus menengok anaknya om Marsan yan baru lahir (kurang lebih sudah umur sebulan) dan bahkan awalnya akan riding ke Bromo, namun hanya menjadi bahan kegalauan mereka, hehehe.
Tanggal 31 Desember 2014 tiba-tiba om Marsan info ke group WA kalau akan riding ke Pacitan tanggal 1 pagi jam 08.00 pagi berangkat, akhirnya saya memutuskan untuk ikut, selain pengen jalan-jalan juga pengen ketemu mereka di dunia nyata, yang selama ini hanya sering ngobrol di WA saja (kecuali om Marsan, pernah ketemu jelang lebaran tahun lalu).
Dan akhirnya sayapun bilang ke istri kalau mau jalan sama teman-teman, tapi sepertinya istri tidak rela jika tidak diajak, sebenarnya saya juga suka saja kalau ngajak istri, tapi melihat teman-teman ini pasti tidak bisa pelan kalau bawa motor akhirnya saya tidak mengajak istri setelah bisa menenangkannya dan memperbolehkan saya jalan dengan teman-teman.
Tanggal 31 malam saya meminta info ke om Marsan & om Seka mengenai jadi atau tidaknya dan ternyata tidak ada kabar, sampai akhirnya pagi di grup WA om Erwe info bahwa mereka jadi riding ke Pacitan , akhirnya saya tanya saya harus kemana yang awalnya saya mau ketemuan saja di Pacitan langsung dan om Marsan meminta saya nyusul ke Jogja saja di rumah om Seka, yang lebih tepatnya di Manisrenggo Klaten.
Akhirnya pagi sekitar pukul 7 pagi saya berangkat ke Manisrenggo(tentunya setelah pamit dengan istri dan ibu mertua), sampai di daerah Prambanan saya tanya di grup lokasi tepatnya rumah om Seka dimana, tapi tidak ada yang menjawab, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti GPS menuju kecamatan Manisrenggo, mendekati lokasi kecamatan saya berhenti di depan BKK lalu membuka handphone untuk bertanya lagi.
Namun belum jadi bertanya tiba-tiba meluncur seekor yamaha scorpio warna hitam dan ditunggangi joki berwarna hitam berbaju hitam dan bercelana hitam dan kulitnyapun …… hehehe. Suatu kebetulan atau bagaimana perasaan saya yakin bahwa sepertinya pernah lihat scorpio itu (dari gambar yg di share di WA) akhirnya tanpa basa basi langsung saya susul, saya ikutin masuk ke gang kampung, dan ternyata benar itu om Seka.
Sampai di rumah om Seka, ternyata om Pepi & om Erwe sedang jetting karbunya om Pepi yang mbrebet di putaran atas, saya cuma bisa melihat dan memperhatikan, karena saya tidak banyak paham mengenai mesin apalagi setting karbu, dan yang menarik adalah ketika om Erwe memakai kabel serabut untuk mengganjal pilot jet karbu agar pas settingannya, dan ternyata benar setelah diganjal dengan kabel serabut bisa ketemu setttinganya dan tidak lagi brebet di putaran atas.
Rencana awal jam 08:00 berangkat, tapi menjadi molor karena harus beres-beres, selain itu masih memasang spakbor dpannya om Secka yang kemarin pecah gara-gara blusukan main tanah dan masih mengurut kabel lampunya om Ruri yang lampu jauhnya mati, yang ternyata disebabkan karena kabel kearah soketnya putus.
Alhasil seusai sarapan yang agak siang, sekitar pukul 11 kami berlima baru berangkat, tujuan pertama ke Patuk Gunung Kidul, om Marsan sudah menunggu di sana, dan sudah galau karena masih ada acara keluarga dirumahnya. Setelah bertemu dengan om Marsan kami melanjutkan ke Pacitan melalui Wonosari – Wonogori – Pacitan, sampai di daerah Rongkop para bapak-bapak galau ini mulai menggila.
Jalanan yang mulus, banyak tikungan membuat mereka kesetanan, saya yang tidak berani ngebut akhirnya ditinggal jauh dibelakang, sempat sesaat ditemani om Seka di belakang, namun akhirnya om Seka juga terpancing untuk ikut mereng-mereng (dengan dalih tidak tau jalan, jadi tidak mau ketinggalan).
Dengan kondisi seperti ini saya tetap konsisten pelan, menjaga kecepatan di angka 80kpj, kadang 90kpj kalau jalan lurus, sampai beberapa tikungan saya tidak melihat rombongan sama sekali, untungnya om Pepi mau pelan, akhirnya saya dibelakang om Pepi untuk beberapa saat, sampai masuk mendekati wilayah Wonogiri.
Begitu masuk wonogiri semua berubah, karena negara api menyerang jalanannya bergelombang dan banyak tambalan yang menyisakan pasir dijalur, mulai di jalur ini saya mulai di depan, karena saya yang pernah lewat daerah situ dan yang lain belum pernah. Sekitar pukul 13.30 kami sampai di perempatan Giritontro, kami istirahat untuk makan, mampir di warung bakso, disini kami istirahat kurang lebih selama setengah jam, saya sendiri hanya minum air putih dan es teh saja.
Ngopi Dulu, biar gak galau kata om Pepi
Kemudian pukul 14:00 kami lanjut perjalanan melalui jalur Giritontro yang baru, yang dulu pernah saya lewati dua kali masih jalanan rusak, sekarang sudah full aspal mulus, menurut warga yang kami temui di warung bakso tadi jalan itu baru saja dibuka setelah selesai diperbaiki, dan kembali saya didepan, efeknya rombongan berjalan sedikit pelan.
Sampai akhirnya kami memasuki wilayah Goa Gong yang sudah ramai, jalan yang sempit ditambah bahu jalan yang dipakai untuk parkir mobil karena halaman parkir utama tidak mencukupi. Selepas Gua Gong jalan menuju arah pantai klayar juga sudah selesai diperbaiki, namun hanya sampai sebelum desa Kalak, sedangkan dari desa Kalak jalan masih rusak, sama seperti terkahir saat saya ke pantai Banyu Tibo. Di pertigaan terakhir menuju pantai Klayar akses jalan tertutup mobil, dan kami dipaksa untuk lanjut menuju pantai Ngiroboyo yang bersebelahan dengan pantai Klayar.
Jalan menuju pantai Ngiroboyo berupa jalan cor yang kebanyakan rusak yang membuat saya ekstra hati-hati dalam mengendalikan motor saya, karena terasa ban depan seperti belok-belok sendiri ketika melewati jalanan yang rusak. Sebelum sampai pantai Ngrioboyo, kami dihadapkan dengan pemandangan yang cukup indah, bukit hijau dimana backgroundnya adalah laut biru. Bapak-bapak galau ini akhirnya mengajak untuk menepi dan ambil gambar dulu sambil menunggu om Erwe yang masih ketinggalan dibelakang, yang ternyata sekeringnya putus karena goncangan-goncangan diperjalanan tadi.
mlipir dulubapak-bapak galau narsismerumputom erwe baru datengambil kamera
Puas ambil gambar, kami lanjut turun menuju pantai Ngirboyo, viewnya lumayan sih, namun tak sebagus pantai Klayar. Disini saya dipaksa membawa motor saya melewati hamparan pasir yang lumayan luas dan memaksa saya sering memakai setengah kopling, tidak terbayang jika sampai Bromo dan harus melewati padang pasirnya yang luas.
Disini kami cuma sebentar, karena mereka tetap pengen ke pantai Klayar. Selain itu om Marsan pamit pulang duluan karena sudah berjanji dengan keluarganya harus sampai dirumah sebelum maghrib. Akhirnya kami keluar dan kembali menuju pantai Klayar, namun dengan jalur yang berbeda dengan jalur biasanya yang ternyata sangat menantang.
Kami harus menuruni jalan tanah yang curam, pada saat turun ini kami tidak kepikiran bagaimana nanti naiknya. Sampai dibawah kami lansung masuk ke warung dan memesan mie goreng dan minuman, mau jalan jalan ke pantainya namun sedang pasang, mau melihat seruling samudera pun tidak bisa, karena akses masuknya ditutup sebab ombak yang besar, akhirnya kami hanya istirahat sebentar di Klayar.
Naik dari parkiran motor ke jalan utama membutuhkan usaha extra, awalnya kami mencoba naik melalui jalan turun tadi, namun tidak jadi karena susah, akhirnya mencari jalan lain yg lebih landai, dan ternyata ada namun jalurnya tidak rata dan sampingnya jurang yang tidak terlalu dalam tapi tetap saja berbahaya jika tidak hati-hati, kami berlima naik satu persatu dan saling bantu mendorong motor jika selip. Akhirnya kami bisa naik dengan selamat semua kemudian melanjutkan perjalanan pulang
Diperjalanan pulang kami sempat berhenti beberapa kali karena om Seka harus membetulkan spakbor depannya yg kendor dan menggesek ban
Lalu berhenti di pom bensin baru di daerah utara Giritontro, kemudian berhenti lagi di Wonogiri kota karena kabel koplingnya om Erwe putus, untungnya saya membawa cadangan, kemudian kami lanjut ke Solo, menuju rumah om Binjul, sesampainya di rumah om Binjul saya pamit pulang duluan, karena sudah malam dan istri sudah menunggu di rumah.
Hehehe, sepertinya kota Pacitan bukan kota yang membosankan bagi saya, Sabtu – Minggu (8-9 Nopember 2014) kemarin saya dan adik sepupu saya riding berdua ka Pacitan dengan tujuan pantai Banyu Tibo, pantai Soge dan menginap di kota Pacitan. Berangkat dari Kartasura Sabtu pukul 07.00 melalui Baki Sukoharjo – Solo Baru – Wonogiri dan pada pukul 08.30 berhenti di Giriwoyo untuk sarapan sebentar, kemudian dilanjutkan ke tujuan pertama, yaitu pantai Banyu Tibo, melalui jalur yang sama seperti jalur menuju pantai Klayar, bedanya sekarang jalurnya sedang diperbaiki, selepas Goa Gong kurang lebih 5KM sudah bagus aspal baru yang masih halus
namun setelah itu kembali lagi jalan rusak dan sebagian sedang proses perbaikan, tanah urugan dan di beberapa titik ada proses penggalian. Setelah selesai melewati jalur yang ajrut-ajrutan kami sempat salah ambil jalur, yang harusnya masih lurus di perempatan desa kalak malah saya belok kanan, alhasil harus putar balik setelah menikmati jalan yg hancur. Maklum, petunjuk ke arah pantai Banyu Tibo, belum sejelas petunjuk ke arah pantai Klayar. Untuk masuk ke lokasi pantai Banyu Tibo, kami dikenakan retribusi 10.000 rupiah untuk dua orang dan dua motor, setelah membayar di pos, kami masih harus menempuh beberapa ratus meter jalan beton dan beton rusak menurun menuju lokasi, Dan inilah pantai Banyu Tibo melalui jepretan kamera murah saya
Tak lama kami di pantai Banyu Tibo, sekedar berfoto menikmati keindahan alam sembari menikmati es kelapa muda seharga 6.000 rupiah perbuah, kemudian kami lanjut ke kota Pacitan melalui jalur Punung – Sedeng – Kota Pacitan dan mencari penginapan, awalnya berniat mencari penginapan di sekitar pantai Teleng Ria, akan tetapi terasa begitu panas dan sepertinya tidak banyak pilihan warung makan disana, akhirnya mengurungkan niat dan terus melaju ke kota mencari penginapan di kota saja. Setelah mendapatkan penginapan yang lumayan, lumayan murah, kamar bersih, kamar mandi bersih, kami beristirahat sejenak, sambil menunggu waktu sholat Ashar dan setelah sholat Ashar kami lanjutkan ke pantai Soge, untuk menikmati sunset disana. Namun sayang, sampai di sana langit mendung, matahari tertutup mendung,
Akhirnya pukul 16.30 kami kembali ke penginapan, bersih diri, makan malam lanjut istrirahat, paginya lanjut ke pantai Teleng Ria
Selesai bermain air di pantai Teleng Ria, kami mencari tempat untuk sarapan, pada saat berangkat menuju pantai Teleng Ria, saya sempat melihat warung makan di dekat kodim 081, warung makan yang ramai dikunjungi ibu-ibu yang malas(tidak sempat) memasak di hari libur (hehehe). Dan benar saja, saat kami sampai ada beberapa ibu-ibu yang belanja sayur matang dan makanan kecil, bahkan sampai kami selesai makan pun masih banyak ibu-ibu yang berdatangan, kami memilih warung seperti ini karena bisa dipastikan sistemnya ambil sendiri, cocok dengan porsi makan kuli kami.. hehehe, terutama sepupu saya, yang gampang lapar, selain itu untuk makan lengkap dengan lauk dan sayur dan minum kami hanya butuh membayar 18.000 rupiah untuk berdua, lumayan murah.
warung makan alam
Muka kekenyangan
nama warungnya warung makan alami, letaknya di dekat kodim 081 pacitan, jalan letjen Suprapto kalau tidak keliru. Selesai makan, kami kembali ke penginapan dan sekitar pukul 08.00 kami checkout kemudian membeli oleh-oleh serta isi bensin lanjut gas pulang kerumah.
Another Journey to Pacitan. Mengulang suatu perjalanan dan mendatangi lokasi yang sama bukanlah hal yang tabu untuk saya, bagi saya setiap perjalanan itu memiliki arti sendiri, meskipun melawati jalan dan tujuan yang sama, kali ini Pacitan menjadi tujuan saya untuk ke tiga kalinya, hanya saja kali ini saya mengambil jalur yang berbeda dari jalur dua kali perjalanan saya sebelumnya. Kali ini tujuannya adalah untuk menikmati sunset di Pantai Soge, dari sekian review yang saja temukan, lokasi Pantai Soge sangatlah mudah dicari, hanya dipinggir jalan Jalur Lingkar Selatan, selain itu lokasi yang tepat berada di pinggir jalan sangatlah menarik, sebuah pantai yang berada tepat di sisi jalan tempat anda berkendara.
Setelah mengumpulkan informasi mengenai lokasi dan persiapan lainnya akhirnya saya dan istri berangkat dari Boyolali pada hari Sabtu 30 Agustus 2013 pukul 07.00 pagi, melalui jalur Boyolali – Kartasura – Gawok – Baki – Solobaru – Sukoharjo – Wonogiri – Baturetno – Donorejo – Punung – Kota Pacitan
Alhamdulillah perjalanan lancar, dengan kecepatan rata-rata 70-80 kpj, sekitar pukul 9.30 saya sudah sampai di Punung Pacitan, berhenti sebentar untuk menikmati keindahan kota Pacitan dari ketinggian, setelah puas ambil beberapa gambar kami lanjut perjalanan menuju kota Pacitan untuk mencari penginapan, kali ini kami mengutamakan mencari penginapan dahulu, dengan tujuan bisa istirahat dahulu dan menaruh bekal perjalanan agar saat ke pantai nanti tidak perlu membawa tas yang berat, penginapan yang kami pilih sama dengan penginapan yang dulu tempat kami menginap seperti yang saya tulis Trip To Pacitan.
Setelah mendapat kamar, kami lalu beristirahat sebentar menunggu waktu Sholat Dzuhur & waktu makan siang, selepas menunaikan ibadah Sholat Dzuhur kami berangkat ke lokasi Pantai Soge, keluar dari Kota Pacitan menuju jalur lingkar selatan (menurut GPS saya), jalur menuju Pantai Soge ini sangatlah nyaman, jalanan aspal yang mulus, tanjakan dan turunan serta trek lurus sangat kami nikmati.
Mulai Terlihat Pantainya
Sedikit lagi
Pantai Soge
Berhubung sampai di pantai Soge masih panas, sekitar pukul 13.30 an, kami lanjut ke arah Trenggalek, melewati jembatan Soge 1, Soge 2 dan lanjut sampai PLTU Pacitan
Jembatan Soge 2
Setelah dirasa terlalu jauh berkendara akhirnya kami balik arah kembali ke arah Pantai Soge dan mampir ke Pantai Taman
Pantainya sepi, ada bendera merah berkibar dan tanda larangan berenang / mandi di pantai.Sekitar pukul 15.30 kami keluar dari pantai Taman, mampir di masjid setempat untuk Sholat Ashar kemudian lanjut ke Pantai Soge menunggu matahari tenggelam di sana
Seperti biasanya, foto-foto menjadi kegiatan utama, dan saya setia menjadi tukang foto pribadi untuk istri saya… hehehee
Fly
Fly
My Lady & My Bike
Mungkin mas bro gan sob tertarik juga untuk membaca artikel ini :
Menyambung tulisan sebelumnya, setelah puas menikmati keindahan pantai Klayar, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke kota Pacitan untuk mencari penginapan. Kami mengambil route melalui Punung dengan jalanan yang naik turun berkelok-kelok yang langsung tembus ke kota Pacitan, kesan pertama begitu memasuki kota Pacitan kotanya rapi, asri, tidak terlalu ramai. Muter-muter mencari penginapan, akhirnya di hotel keempat mendapatkan kamar yang sesuai dan pas harganya (murah). Hotel Bali Asri yang terletak di jalan Ahmad Yani Pacitan, dengan tarif Rp. 120.000 permalam (double bed, kamar mandi dalam, tv, fan) dan memiliki tempat parkir yang luas sudah cukup bagi kami untuk istirahat.
Sabtu pagi (01/02/14) kami berkeliling kota Pacitan dilanjutkan mengunjungi pantai Telengria, yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kota Pacitan. Dalam perjalanan menuju pantai Telengria, kami sempatkan untuk berhenti di alun-alun Pacitan dan lokasi kediaman presiden Indonesia SBY. Memasuki pantai Telengria kami dipungut biaya Rp. 5.000 perorang dan biaya parkir kendaraan Rp. 2.000, berhubung masih pagi (sekitar pukul 7 ) suasana pantai Telengria masih sepi, terlihat beberapa orang sedang berjalan di tepi pantai, scorpio saya parkirkan di tepi pantai lalu kami tinggal jalan-jalan, kurang lebih satu jam kami menghabiskan waktu di pantai Telengria
Selesai dari pantai Telengria kami berniat mencari sarapan, niat hati ingin mencari Nasi Lodo yang katanya makanan khas Pacitan, tapi sudah muter-muter tidak bertemu juga dengan penjual Nasi Lodo berhubung sudah lapar banget, akhirnya berpindah ke Nasi Padang untuk sarapan :D. Selesai sarapan kami kembali ke hotel untuk cekout, mampir beli oleh-oleh lalu pulangnya mampir ke Goa Gong. Untuk keluar dari kota Pacitan menuju Goa Gong kami memilih jalur (melalui Pringkuku) yang berbeda dengan jalur kemarin saat masuk ke kota Pacitan, lagi-lagi dihadapkan dengan jalur yang berkelok-kelok dengan kondisi jalan yang bagus jalur ini sangat nyaman untuk dilewati, mungkin hanya kondisi sekitar yang masih sepi yang mungkin membuat sedikit takut (jauh dari tukang tambal ban, bengkel & penjual bensin) , namun jika kondisi kendaraan sudah dipastikan fit, aman, makan jalur ini sangat nikmat untuk dilibas…. 😀
Sekitar pukul 11 kami tiba di lokasi Goa Gong, masuk lokasi dipungut biaya Rp. 5.000 perorang dan Rp. 1.000 untuk biaya parkirnya. Kondisinya lumayan ramai pengunjung, untuk masuk ke Goa Gong kami harus mendaki beberapa meter undakan yang disekitarnya banyak pedagang makanan maupun souvenir, huft lumayan membuat ngos-ngosan, karena saya mesthi membawa tankbag saya yang berisi pakaian dan makanan oleh-oleh dari pacitan :D. Untuk sejarah Goa Gong saya sendiri tidak tau seperti apa, mungkin bisa dilihat langsung ke wikipedia atau nanya mbah google aja. 😀
Setelah direncana selama beberapa minggu, akhirnya Jum’at(31/01/14) sekitar pukul 8.30 saya dan istri berangkat meninggalkan boyolali menuju Pacitan, awalanya saya memilih jalur melalui Delanggu – Cawas – Manyaran – Wonogiri, akan tetapi karena lupa jalurnya dan sempat beberapa kali beruputar-putar akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jalur lain, yaitu melewati Sukoharjo kota yang tembus ke Wonogiri – Eromoko – Pracimantoro – Pacitan. Sekitar pukul 11.30 saya sampai di Masjid Al-Ikhlas daerah Punung, lalu istirahat sambil menunggu waktu sholat Jum’at, disini kami ketemu dengan rombongan yang berasal dari Boyolali juga, mereka karyawan Bank Guna Daya yang sedang plesir menuju pantai Klayar.
Usai sholat Jum’at kami melanjutkan perjalanan ke pantai Klayar, beberapa kilometer pertama jalan aspalnya bagus sampai di lokasi parkiran objek wisata Goa Gong kemudian dilanjutkan dengan jalan aspal desa yang sedikit sempit naik turun dan berkelok-kelok, beberapa kali saya harus berhenti karena mobil yang ada didepan bersimpangan, bergantian karena jalannya hanya muat untuk satu mobil saja dan sayapun harus mencari lokasi yang aman dan tepat ketika mendahului mobil-mobil tersebut, syukurlah scorpio saya masih mampu menaklukkan track kali ini. Sekitar pukul 13.20 kami sampai di pantai Klayar, untuk masuk ke objek wisata ini kami dikenai biaya Rp. 7.000 untuk dua orang. Selesai memarkirkan motor, lepas helm, jaket & sarung tangan kamipun langsung mulai seperti biasanya, foto-foto… hehehe.
Track perjalanan Wonogiri – Pacitan
Pantai Klayar
Pantai dengan ombak yang lumayan besar, karena strukturnya yang curam dengan banyak batu karang di tepiannya. Saya sempat kaget pontang-panting dikarenakan ketika saya istirahat duduk diatas batu di tepi pantai tiba-tiba ombak besar menyapu membuat tas dan celana saya basah… 😀 . Kurang lebih satu jam saya habiskan di pantai Klayar dan kemudian saya lanjutkan perjalanan ke Pacitan kota untuk mencari penginapan . . . . .