redto-black.web.id – Review Pemakaian Pertama Tankbag 7Gear Explorer. Perjalanan saya ke Pacitan(ada Trip To Pacitan 1 &Trip To Pacitan 2) kemarin lumayan terbantu setelah saya membeli tankbag produk 7Gear yang saya ceritakan 7Gear Explorer menjadi pilihanku & 7Gear Explorer menjadi pilihanku lanjutan. Istri tidak perlu menggendong beban berlebih, bekal perjalanan bisa tertata rapi di dalam tankbag dan bisa saya angkut diatas scorpio saya secara rapi dan tidak merepotkan. Kemarin tankbag saya isi dengan dua buah ban dalam cadangan, dua pasang jas hujan, tiga potong baju kaos, dua potong celana pendek serta beberapa tools kecil dan sedikit perlengkapan P3K.
Tankbag menempel kuat di tengki scorpio, manuver berbelok, melibas turunan dan tanjakan terasa nyaman dan tidak terganggu sama sekali dengan keberadaan tankbag yang ada didepan perut & dada saya, ketika sampai di tempat tujuan tankbag berubah menjadi tas gendong ataupun tas selempang, meskipun sedikit berat karena isinya akan tetapi tetap nyaman dipakai
Bulan November 2013 saya membeli sepasang sepatu boot merk APBoot tipe Moto2, rencananya boot ini akan saya pakai untuk riding ke Dieng, Wonosobo, akan tetapi karena masih baru dan masih kaku, saya batal memakainya. Boot ini saya beli di daerah Pasar Legi Solo, sebenarnya di Ace Hardware ada, akan tetapi karena ukuran yang cocok dengan kaki saya tidak ada saya harus mencari di tempat lain. Boot ini saya beli dengan mahar Rp. 100.000 (kemahalan gak ya??) 😀
Boot ini mulai aktif saya pakai ketika memasuki musim hujan ini, pasalnya dua sepatu kulit saya mulai kelihatan mau jebol karena nekad saya pakai hujan-hujanan. Tiap berangkat kerja saya memakai boot ini, sepatu kulit saya tinggal di tempat kerja, selama ini boot ini tersamar dibalik celana panjang saya, tidak banyak orang tau kalau saya memakai boot.
Overall, selama pemakaian dua bulan ini hanya pada awalanya saja terasa kurang nyaman makin sering dipakai makin nyaman, kakipun mulai terbiasa, ngerem pindah gigi sudah berasa biasa sama seperti saat memakai sepatu biasa, selain itu sangat terbukti anti air jadi saat hujan celana kain bagian bawah masuk kedalam boot lalu baru memakai jas hujan diluar boot, sampai tempat tujuan aman, bersih & nyaman 😀
Sedikit tips dari saya, ketika memilih ukuran, lebih baik jika memilih satu ukuran diatas ukuran sepatu yang biasa kita pakai, selain itu lebih baik selalu memakai kaos kaki agar saat melepas boot ini lebih mudah, pengalaman saya sangat sulit melepasnya ketika tidak memakai kaoskaki dan kondisi kaki berkeringat.
Menyambung tulisan sebelumnya, setelah puas menikmati keindahan pantai Klayar, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke kota Pacitan untuk mencari penginapan. Kami mengambil route melalui Punung dengan jalanan yang naik turun berkelok-kelok yang langsung tembus ke kota Pacitan, kesan pertama begitu memasuki kota Pacitan kotanya rapi, asri, tidak terlalu ramai. Muter-muter mencari penginapan, akhirnya di hotel keempat mendapatkan kamar yang sesuai dan pas harganya (murah). Hotel Bali Asri yang terletak di jalan Ahmad Yani Pacitan, dengan tarif Rp. 120.000 permalam (double bed, kamar mandi dalam, tv, fan) dan memiliki tempat parkir yang luas sudah cukup bagi kami untuk istirahat.
Sabtu pagi (01/02/14) kami berkeliling kota Pacitan dilanjutkan mengunjungi pantai Telengria, yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kota Pacitan. Dalam perjalanan menuju pantai Telengria, kami sempatkan untuk berhenti di alun-alun Pacitan dan lokasi kediaman presiden Indonesia SBY. Memasuki pantai Telengria kami dipungut biaya Rp. 5.000 perorang dan biaya parkir kendaraan Rp. 2.000, berhubung masih pagi (sekitar pukul 7 ) suasana pantai Telengria masih sepi, terlihat beberapa orang sedang berjalan di tepi pantai, scorpio saya parkirkan di tepi pantai lalu kami tinggal jalan-jalan, kurang lebih satu jam kami menghabiskan waktu di pantai Telengria
Selesai dari pantai Telengria kami berniat mencari sarapan, niat hati ingin mencari Nasi Lodo yang katanya makanan khas Pacitan, tapi sudah muter-muter tidak bertemu juga dengan penjual Nasi Lodo berhubung sudah lapar banget, akhirnya berpindah ke Nasi Padang untuk sarapan :D. Selesai sarapan kami kembali ke hotel untuk cekout, mampir beli oleh-oleh lalu pulangnya mampir ke Goa Gong. Untuk keluar dari kota Pacitan menuju Goa Gong kami memilih jalur (melalui Pringkuku) yang berbeda dengan jalur kemarin saat masuk ke kota Pacitan, lagi-lagi dihadapkan dengan jalur yang berkelok-kelok dengan kondisi jalan yang bagus jalur ini sangat nyaman untuk dilewati, mungkin hanya kondisi sekitar yang masih sepi yang mungkin membuat sedikit takut (jauh dari tukang tambal ban, bengkel & penjual bensin) , namun jika kondisi kendaraan sudah dipastikan fit, aman, makan jalur ini sangat nikmat untuk dilibas…. 😀
Sekitar pukul 11 kami tiba di lokasi Goa Gong, masuk lokasi dipungut biaya Rp. 5.000 perorang dan Rp. 1.000 untuk biaya parkirnya. Kondisinya lumayan ramai pengunjung, untuk masuk ke Goa Gong kami harus mendaki beberapa meter undakan yang disekitarnya banyak pedagang makanan maupun souvenir, huft lumayan membuat ngos-ngosan, karena saya mesthi membawa tankbag saya yang berisi pakaian dan makanan oleh-oleh dari pacitan :D. Untuk sejarah Goa Gong saya sendiri tidak tau seperti apa, mungkin bisa dilihat langsung ke wikipedia atau nanya mbah google aja. 😀
Setelah direncana selama beberapa minggu, akhirnya Jum’at(31/01/14) sekitar pukul 8.30 saya dan istri berangkat meninggalkan boyolali menuju Pacitan, awalanya saya memilih jalur melalui Delanggu – Cawas – Manyaran – Wonogiri, akan tetapi karena lupa jalurnya dan sempat beberapa kali beruputar-putar akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jalur lain, yaitu melewati Sukoharjo kota yang tembus ke Wonogiri – Eromoko – Pracimantoro – Pacitan. Sekitar pukul 11.30 saya sampai di Masjid Al-Ikhlas daerah Punung, lalu istirahat sambil menunggu waktu sholat Jum’at, disini kami ketemu dengan rombongan yang berasal dari Boyolali juga, mereka karyawan Bank Guna Daya yang sedang plesir menuju pantai Klayar.
Usai sholat Jum’at kami melanjutkan perjalanan ke pantai Klayar, beberapa kilometer pertama jalan aspalnya bagus sampai di lokasi parkiran objek wisata Goa Gong kemudian dilanjutkan dengan jalan aspal desa yang sedikit sempit naik turun dan berkelok-kelok, beberapa kali saya harus berhenti karena mobil yang ada didepan bersimpangan, bergantian karena jalannya hanya muat untuk satu mobil saja dan sayapun harus mencari lokasi yang aman dan tepat ketika mendahului mobil-mobil tersebut, syukurlah scorpio saya masih mampu menaklukkan track kali ini. Sekitar pukul 13.20 kami sampai di pantai Klayar, untuk masuk ke objek wisata ini kami dikenai biaya Rp. 7.000 untuk dua orang. Selesai memarkirkan motor, lepas helm, jaket & sarung tangan kamipun langsung mulai seperti biasanya, foto-foto… hehehe.
Track perjalanan Wonogiri – Pacitan
Pantai Klayar
Pantai dengan ombak yang lumayan besar, karena strukturnya yang curam dengan banyak batu karang di tepiannya. Saya sempat kaget pontang-panting dikarenakan ketika saya istirahat duduk diatas batu di tepi pantai tiba-tiba ombak besar menyapu membuat tas dan celana saya basah… 😀 . Kurang lebih satu jam saya habiskan di pantai Klayar dan kemudian saya lanjutkan perjalanan ke Pacitan kota untuk mencari penginapan . . . . .