Tag Archives: Dataran Tinggi Dieng

Dieng, Another Part [I]

Dieng another part. Dieng, pastinya sudah kenal kan? atau malah sudah sering berkunjung kesana? ya, ini kali ketiga saya mengunjungi Dieng, yang pertama bersama istri saya, yang saya tulis Trip to Dieng Plateu dan yang kedua bersamaan dengan kopdar dan touring perdana Jatengmotoblog yang saya tulis Kopdar Touring Perdana Jatengmotoblog.

Kemarin, 12 – 13 Desember 2015 saya bersama dua rekan saya pergi ke Dieng, rencana ini sudah beberapa waktu lalu kami bahas dan sempat sekali tertunda karena kodisi kesehatan saya yang kurang fit selain itu salah seorang rekan saya juga tidak bisa ikut, jadinya kami undur yang awalnya tanggal 5 Desember menjadi tanggal 12 Desember. Berangkat dari Boyolali sekitar pukul 07.00 pagi saya menunggu rekan saya Achmad dari Solo, kurang lebih menunggu 15 menit Achmad akhirnya datang di titik kumpul pertama, sementara di titik kumpul ke dua Huda sudah mengunggu juga.

Dua rekan saya ini adalah orang yang sama yang pernah riding bersama saya ke gunung api purba dan mampir menyantap duren di warung duren Pak Gito yang saya ceritakan Gunung Api Purba, Embung Nglanggeran, Pak Gito. Sekitar pukul 07.30 kami berangkat dari Boyolali, melewati jalur yang hampir sama dengan jalur yang saya tempuh bersama adik saya pada saat menghadiri touring perdana Jatengmotoblog pada Agustus 2014 silam, hanya saja sedikit berbeda karena saya salah ambil arah ketika sampai di perempatan Grabag, namun tak apalah karena akhirnya kami juga sampai di Temanggung sesuai jalurnya.

Untuk perjalanan berangkat saya sempat salah ambil jalur lagi selepas Temanggung, yang harusnya lurus arah Parakan saya malah belok kiri (efek libur riding beberapa waktu, membuat naluri supirnya berkurang… hehehe). Sampai di Kretek kami begitu menikmati perjalanan, tanpa banyak menemui macet hanya udara dingin saja yang tiba-tiba menusuk saat melewati daerah Kledung, setelah keluar dari Kretek ke arah Wonosobo kami berhenti sebentar karena CB150R Achmad tiba-tiba ngeloss rem belakangnya, mungkin efek karena kebanyakan ngerem pasalnya jalur yang kami lewati banyak turunan dan tikungan.

Setelah istirahat sebentar kondisi rem kembali normal dan kami melanjutkan perjalanan, sampai di jalan Dieng tiba-tiba hujan turun mengguyur, kami berhenti untuk memakai jas hujan dan kembali melanjutkan perjalanan dan mampir di gardu pandang Tieng kurang lebih pukul 11.30 kami sampai di Tieng. Sambil istirahat sebentar dan melepas jas hujan, karena hujan sudah reda.

Gardu Pandang Tieng

Setelah istirahat dan ambil foto sebentar, kami melanjutkan naik.

Dua rekan saya, yang kiri kaya orang gila itu (hahaha :v ) Achmad dan yang kanan Huda.

Kembali berhenti di gapura Dieng

Achmad – Huda – Saya
Me & Redtoblack – Welcome to Dieng

Selesai ambil gambar kami melanjutkan naik untuk mencari penginapan dan istirahat sebentar sebelum lanjut muter-muter Dieng. Untuk penginapan saya langsung menuju hotel gunung mas yang dulu sempat saya pakai bermalam bersama adik saya, dan ternyata masih ada kamar kosong, saya memilih tipe standart untuk bertiga, didalamnya ada satu double bed dan satu single bed,  lemarin dan meja serta kamar mandi di dalam dengan shower air hangat serta sarapan pagi dengan tarifnya 250.000 permalam. Selesai check in kami memasukkan barang-barang yang bisa ditinggal, kemudian ke masjid yang ada di belakang hotel untuk menunaikan Sholat Dzuhur dilanjutkan mencari makan siang, dan kurang beruntungnya hujan kembali mengguyur…. [bersambung]

Baca Juga :

[display-posts category=”Touring” posts_per_page=”10″]

Menikmati Dinginnya Dieng

Menikmati Dinginnya Dieng. Minggu 17 Agustus 2014, suara adzan Subuh menggema, terdengar jelas dan lantang, ternyata penginapan tempat kami menginap tepat didepan masjid, kami bangun dengan sedikit malas, otot kaku dan terasa selimut dan sprei bahkan bantal seperti basah terkena air. Menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, begitu tangan menyentuh air terasa seperti menyentuh es dari dalam kulkas, namun niat hati untuk wudhu dan sholat mengalahkan rasa dingin yan menusuk.

Selesai sholat subuh mencoba untuk keluar kamar dan berjalan tanpa alas kaki di teras penginapan, baru berdiri sekitar satu menit, telapak kaki terasa seperti berdiri di bongkahan es, karena tidak tahan sayapun kembali masuk dan berbaring diatas kasur, sambil memeriksa pesan obrolan yang semalam tak terbaca di ponsel dilanjutkan browsing. Setelah beberapa waktu dari jendela penginapan mulai terlihat cahaya terang matahari, baru saya berani untuk keluar untuk berjemur dibawah sinar matahari mencari kehangatan, dan ternyata tidak hanya kami yang mencari kehangatan, terlihat beberapa ekor burung sriti dan seekor kucing yang juga berjemur di atap peginapan pagi itu

Selepas manasin badan, sarapan pun datang, secangkir teh dan seporsi mini nasi goreng. Kemudian sekitar pukul 10.30 kami check out dari penginapan, manasin motor lalu keliling Dieng mencari spot-spot untuk ambil gambar (yg penting foto, hasil belakangan) hehehe

Sampai pukul 11.30 kemudian istirahat di pinggir jalan menunggu teman-teman dari Jateng Moto Blog sambil makan bakso nyicil makan siang 😀 . Kemudian mendekati waktu sholat Dzuhur kami merapat ke masjid jami’ Baiturrohman Dieng, sambil menunggu waktu sholat saya mengabari teman-teman Jatengmotoblog jika saya menunggu di masjid tersebut, agar nanti mereka bisa langsung menuju ke lokasi apabila sudah sampai di Dieng

Masjid Jami' Baiturrohman Dieng
Masjid Jami’ Baiturrohman Dieng

[display-posts category=”Touring” posts_per_page=”10″]

Trip to Dieng Plateu

Trip to Dieng Plateu. Halo semuanya, saya mau cerita mengenai perjalanan saya dan istri ke Dieng, Sabtu (9/11/13) kira-kira pukul 13 lebih kami berangkat dari Boyolali setelah sebelumnya mempersiapkan diri dengan peralatan dan perbekalan seperlunya, termasuk mencari tau rute mana yang akan kami tempuh. Kami berangkat dengan menghafal pos wilayah yang harus kami capai untuk sampai di Dieng karena kami belum tau sama sekali jalur yang harus kami ambil mana, dan wilayah itu adalah Ambarawa, Temanggung, Wonosobo baru Dieng.

Rute Berangkat

Dari sekian pos wilayah yang harus kami lewati hanya sampai Temanggung saja yang pernah saya lewati, akhirnya kami hanya berpedoman pada petunjuk arah yang ada di jalan. Sekitar Ashar kami sampai di daerah Pringsurat Temanggung

Dari Temanggung kami mengikuti petunjuk jalan menuju Wonosobo melewati Parakan, perkebunan teh area Kledung yang berada diantara gunung Sindoro-Sumbing dan sampai di kota Wonosobo yang membuat kami harus berputar-putar di dalam kota sebelum akhirnya menemukan Jalan Dieng yang menunjukkan 17 KM menuju dieng

Sebelumnya saya sempat mencari rutenya di google maps, tapi apa dikata, disaat perjalanan saya tidak bisa mantengin google maps dan tidak bisa memantau posisi apakah sudah sesuai dengan rutenya akhirnya mau tidak mau melenceng dari rute yang diperkirakan google yang hanya butuh waktu kurang lebih 3 jam perjalanan dan menjadi 5 jam perjalanan, Maghrib saya baru sampai di Dieng

Sesampainya di Dieng kami mencari homestay, berhubung kami belum booking kamipun harus beberapa kali bertanya apakah masih ada yang kosong dan akhirnya kami mendapat kamar di homestay Tulip yang menurut alamantnya masuk ke wilayah Banjarnegara. Setelah selesai merapikan barang-barang, kami keluar untuk mencari makan dan kembali ke homestay untuk istirahat, karena pagi harinya kami akan melihat sunrise di puncak bukit Sikunir yang sudah terkenal menjadi tujuan pemburu sunrise.

Pagi harinya tepat pukul 04.00 setelah Sholat Subuh kami berangkat menuju desa  Sembungan lokasi bukit Sikunir berada. Jalanan menuju titik awal pendakian bukit Sikunir ini  kombinasi dari aspal, aspal rusak dan jalan berbatu. Sesampainya dilokasi terlihat sudah ratusan motor & puluhan mobil diparkir di sebuah lapangan yang menandakan bahwa sudah banyak orang yang mulai naik ke puncak bukit Sikunir untuk melihat sunrise, setelah memarkirkan motor kamipun langsung bergegas menuju puncak Sikunir.

Jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki lumayan juga, kurang lebih sekitar 800 m dari kaki bukitnya, bagi saya yang jarang olahraga ini termasuk berat, karena menjelang 250 m akhir jalurnya tanjakan yang membuat saya harus isitrahat 3 kali dan ditinggal istri naik duluan.. hehehe, dan akhirnya saya bisa sampai di atas juga, meskipun hanya sampai di titik pertama, karena ada dua titik yang menjadi tempat untuk melihat sunrisenya, di atas sudah banyak sekali orang yang berkumpul, berikut beberapa hasil jepretan pocket camera kami.

Sunrise Bukit Sikunir
Sunrise Bukit Sikunir
Sunrise Bukit Sikunir
Sunrise Bukit Sikunir
Sunrise Bukit Sikunir
Nampang Sambil Istirahat

Setelah puas menikmati sunrise dan cukup istirahatnya, kami kembali turun untuk melanjutkan perjalanan lagi menuju Telaga Warna, Kawah Sikidang & Komplek Candi Arjuna. Pada saat perjalanan kembali ke parkiran saya baru tau bahwa tempat kami parkir tadi ternyata berada di tepi telaga, telaga Cebong, di sekitar danau terlihat beberapa tenda yang mungkin dipakai bermalam sambil menunggu sunrise.

Telaga Cebong

Kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi…

Pintu Masuk Ds Sembungan

Gapura masuk ke desa Sembungan, yang tertulis ‘Desa Tertinggi di Pulau Jawa’

Kemudian kami menuju ke Telaga Warna, masuk ke objek ini membayar Rp. 2000 per orang. Di lokasi ini ada dua telaga, Telaga Warna dan Telaga Pengilon

Telaga Warna
Telaga Warna

Tampak ada perbedaan warna air di Telaga Warna ini, mungkin disebabkan alga atau semacamnya, selain itu muncul buih2 air di beberapa permukaan telaga dan bau khas belerang. Setelah puas berkeliling, kami kembali lanjut ke Kawah Sikidang

Kawah Sikidang

Masuk ke objek kawah Sikidang kami kembali harus membayar Rp. 10.000 per orang, dimana tiket masuk ini berlaku untuk dua objek, Kawah Sikidang & Candi Arjuna. Di lokasi ini bau belerang sangat menyengat, bagi anda yang tidak membawa masker di sini banyak yang berjualan masker, akan tetapi saya rasa masker tidak terlalu membantu untuk mengurangi bau belerangnya… hehehe. Selesai dari sini, lanjut ke Candi Arjuna

Komplek Candi Arjuna

Setelah selesai jalan-jalan, kami kembali ke homestay untuk siap-siap pulang, kembali ke Boyolali

Rute Pulang

Setelah kemarin merasa bahwa rute berangkat terlalu memutar, untuk pulangnya saya memilih rute lain, dimana setelah keluar dari kawasan Dieng saya melewati jalur perkebunan teh Tambi yang melalui jalan desa, jalannya lumayan parah, aspal rusak, jalan berbatu yang membuat motor saya kempes ban depannya karena ada beling yang menancap, untung saja masih ada tukang tambal ban di daerah yang saya lewati.

Keluar dari kawasan perkebunan teh, kami memasuki jalan aspal yang lumayan bagus, akan tetapi karena kami hanya berpedeoman pada petunjuk jalan, kami kembali harus berputar-putar melewati daerah Jumo, yang jalurnya tembus ke Kedu kemudian baru ke Kota Temanggung, sampai di Temanggung kami berhenti untuk istirahat makan, karena dari bangun pagi kami belum sempat sarapan. Keluar dari Temanggung, kami mengikuti jalur yang sama seperti pada saat berangkat, sampai di rumah sekitar pukul 13.30.

Pengalaman yang luar biasa menurut saya, karena ini baru pertama kalinya berkendara menepuh jarak yang lumayan jauh (kurang lebih 250km pp) dan bisa menjadi pelajaran untuk persiapan perjalanan berikutnya.

Baca juga :

[display-posts category=”Touring” posts_per_page=”10″]