Mas Bro Gan Sob, mulai dari tanggal 15 Februari 2018 ada perubahan harga jual motor Honda. Informasi ini rtb dapatkan danri beberapa rekan rtb yang bekerja di dealer motor Honda di wilayah Boyolali, Solo dan Klaten. Kalau dari info yang rtb dapat sih harga ini berlaku untuk wilayah Jawa Tengah kecuali Kedu dan Banyumas. Tapi rtb belum jelas maksudnya kecuali Kedu dan Banyumas ini apakah karena perbedaan kawasan pemasaran atau bagaimana. Mau tau gak update harga motor Honda terbaru 150cc kebawah wilayah Jawa Tengah? simak artikelnya sampai habis ya mas bro gan sob!
Kalau menurut rekan rtb yang kerja di dealer motor Honda ini, rata-rata harganya mengalami kenaikan untuk semua varian. Seperti yang baru beberpa hari rtb tanyakan, mengenai harga Honda Scoopy yang tadinya masih Rp. 19.090.000 naik menjadi Rp. 19.115.000. Nih biar jelas silahkan disimak gambar berikut ya mas bro gan sob!
Kalau gambarnya kurang jelas, klik dulu gambarnya trus klik kanan – open image in new tab ya, biar kelihatan full gambarnya.
Harga yang berlaku tersebut berlaku untuk semua varian ya, baik yang lama maupun baru, harganya juga sudah termasuk ppn 10%, biaya STNK, BBN, BPKB dan sebagainya.
Oh ya, kira-kira pabrikan lain harganya naik juga gak ya? hmm…
Demikian info yang rtb bisa sampaikan dari kota kecil Boyolali, semoga bisa bermanfaat, Terimakasih.
Baca juga :
- Rheza Danica Juara Asia Production 250 ARRC 2018
- Perjuangan Akhir Pembalap Astra Honda di FIM CEV Musim 2018
- Modifikasi Honda CB150R StreetFire Traktor DOHC
- Puluhan Ribu Bikers Honda Semarakkan Satu Dekade Honda Bikers Day 2018
- Honda PCX dan Vario Jadi Varian Motor Terlaris Honda di IMOS 2018
- Harga Resmi Honda Forza 76 Jutaan, Di Boyolali Berapa Ya ?
- Honda PCX Electric Hadir di IMOS 2018
- New Honda BeAT Street eSP Terbaru Semakin Tampil Beda
- Honda Bikers Day Regional 2018 Telah Usai, Bersiaplah Untuk Satu Dekade HBD
- Instruktur Safety Riding Astra Honda Sapu Bersih Juara Kompetisi International
One thought on “Harga Motor Honda Terbaru 150cc Kebawah Wilayah Jawa Tengah”