Dieng, Another Part [III]
2 min readDieng. Kembali melanjutkan cerita saya bersama rekan-rekan touring ke Dieng, Sabtu malam (12/12/15) selepas sholat maghrib berjamaah kami istirahat sebentar di penginapan lalu keluar jalan kaki mencari makan malam. Kami bertiga terlihat seperti orang aneh di Dieng, dikarenakan penduduk setempat hampir semua mengenakan jaket dan celana panjang saat keluar, sedangkan kami hanya memakai celana pendek dan baju kaos serta menenteng sarung, kami berjalan sampai di pertigaan Dieng, yang setahun lalu masih berupa barisan toko souvenir & warung makan sekarang berubah menjadi tugu/monumen atau apalah ini namanya
Selesai jalan-jalan, kami memutuskan untuk mampir ke angkringan, angkringan yang bertuliskan asli Jogja, meskipun pemiliknya asli Wonosobo bukan dari Jogja, angkringan ini menurut pemiliknya pak Kadi diberi nama pengunjungnya angkringan JLB yang bisa diartikan macam-macam, Jangan Lupa Bahagia, Jangan Lupa Bayar, Jangan Lupa Balik dan sebagainya.
Di angkringan ini kami mendapat cerita dari pak Kadi dan istrinya mengenai keberadaan pertapa Dieng, seorang laki-laki yang sudah selama 26 tahun tinggal di dataran tinggi Dieng tanpa pernah keluar dari tempat pertapaanya, digambarkan oleh pak Kadi bahwa pertapa ini memiliki wajah yang bersih rambut gimbal yang panjang serta berjenggot panjang, tempat pertapaannya berada di pinggir jalan, sekarang berupa tenda kotak kecil yang berwarna biru tua lokasinya dekat dengan polsek Dieng.
Banyak cerita tentang pertapa ini yang disampaikan oleh pak Kadi, cerita yang berbau mistis, keajaiban dan sebagainya, oh ya bagi rekan-rekan yang mau berkunjung ke Dieng dan membutuhkan penginapan bisa menghubungi pak Kadi di 082-323-804605 beliau bercerita bahwa memiliki rumah yang siap disewa, dengan dua kamar dan ruang tamu yang dilengkapi tungku perapian dengan tarif yang boleh dibilang lumayan murah, kecuali apabila ada event tertentu di Dieng, karena apabila ada event pasti semua penginapan naik harganya, beliau juga memperbolehkan siapa saja untuk menginap di rumahnya dengan gratis apabila benar-benar tidak punya uang.
Tak terasa empat nasi kucing dan segelas teh panas telah saya habiskan sembari mendengar cerita dari pak Kadi. Untuk lokasi angkringan ini tak jauh dari lokasi pertapa dieng tadi, apabila pembaca ingin bertemu dengan pak Kadi dan mendengar cerita lebih banyak mengenai pertapa dieng.
Selesai makan malam, kami kembali ke penginapan, lajut istirahat, rencana esok pagi Huda & Achmad akan melihat sunrise di Sikunir.
Bersambung