Korban Modifikasi Ban Lebar

Korban Modifikasi Ban Lebar. Tak berhenti disini kejamnya modifikasi menyiksaku, masih ada satu cerita lagi yang baru saja saya alami. Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan penyebab pinggiran ban saya yang tiba-tiba ada lapisan plastiknya di tepi kanan ban, saya kira hanya akibat dari selang rem yang tergilas, ternyata lapisan itu muncul lagi beberapa hari kemudian, cek jarak ban dan swingarm masih memiliki jarak bebas, baik kondisi diam ataupun ban bergerak, bahkan saya sampai bertanya ke teman saya yang mekanik, akhirnya teman saya ini memperlihatkan bahwa kolong spakbor belakang saya yang tergerus ban, mungkin karena kebanyakan saya pakai sendiri jadi efeknya kadang terlihat kadang tidak, dan paling jelas adalah ketika perjalanan pulang pergi ke Pacitan kemarin, sering kali motor berayun maksimal (beban berat badan saya dan istri dibarengi dengan jalan yang bergelombang) mengakibatkan gerusan ban ke kolong spakbor semakin maksimal, terlihat seperti gambar ini

Korban Modifikasi Ban Lebar
Ketika di PLTU Pacitan
Sesampainya di rumah

Korban Modifikasi Ban Lebar. inilah yang ‘memakan’ spakbornya

SB117

Korban Modifikasi Ban Lebar. Mungkin kurang tinggi buritannya, atau berat badan pemiliknya yang ketelaluan… hehehehe

Another Journey to Pacitan

Another Journey to Pacitan. Mengulang suatu perjalanan dan mendatangi lokasi yang sama bukanlah hal yang tabu untuk saya, bagi saya setiap perjalanan itu memiliki arti sendiri, meskipun melawati jalan dan tujuan yang sama, kali ini Pacitan menjadi tujuan saya untuk ke tiga kalinya, hanya saja kali ini saya mengambil jalur yang berbeda dari jalur dua kali perjalanan saya sebelumnya. Kali ini tujuannya adalah untuk menikmati sunset di Pantai Soge, dari sekian review yang saja temukan, lokasi Pantai Soge sangatlah mudah dicari, hanya dipinggir jalan Jalur Lingkar Selatan, selain itu lokasi yang tepat berada di pinggir jalan sangatlah menarik, sebuah pantai yang berada tepat di sisi jalan tempat anda berkendara.

Setelah mengumpulkan informasi mengenai lokasi dan persiapan lainnya akhirnya saya dan istri berangkat dari Boyolali pada hari Sabtu 30 Agustus 2013 pukul 07.00 pagi, melalui jalur Boyolali – Kartasura – Gawok – Baki – Solobaru – Sukoharjo – Wonogiri – Baturetno – Donorejo – Punung – Kota Pacitan

Alhamdulillah perjalanan lancar, dengan kecepatan rata-rata 70-80 kpj, sekitar pukul 9.30 saya sudah sampai di Punung Pacitan, berhenti sebentar untuk menikmati keindahan kota Pacitan dari ketinggian, setelah puas ambil beberapa gambar kami lanjut perjalanan menuju kota Pacitan untuk mencari penginapan, kali ini kami mengutamakan mencari penginapan dahulu, dengan tujuan bisa istirahat dahulu dan menaruh bekal perjalanan agar saat ke pantai nanti tidak perlu membawa tas yang berat, penginapan yang kami pilih sama dengan penginapan yang dulu tempat kami menginap seperti yang saya tulis Trip To Pacitan.

Setelah mendapat kamar, kami lalu beristirahat sebentar menunggu waktu Sholat Dzuhur & waktu makan siang, selepas menunaikan ibadah Sholat Dzuhur kami berangkat ke lokasi Pantai Soge, keluar dari Kota Pacitan menuju jalur lingkar selatan (menurut GPS saya), jalur menuju Pantai Soge ini sangatlah nyaman, jalanan aspal yang mulus, tanjakan dan turunan serta trek lurus sangat kami nikmati.

Mulai Terlihat Pantainya
Sedikit lagi
Pantai Soge

Berhubung sampai di pantai Soge masih panas, sekitar pukul 13.30 an, kami lanjut ke arah Trenggalek, melewati jembatan Soge 1, Soge 2 dan lanjut sampai PLTU Pacitan

Jembatan Soge 2

Setelah dirasa terlalu jauh berkendara akhirnya kami balik arah kembali ke arah Pantai Soge dan mampir ke Pantai Taman

Pantainya sepi, ada bendera merah berkibar dan tanda larangan berenang / mandi di pantai.Sekitar pukul 15.30 kami keluar dari pantai Taman, mampir di masjid setempat untuk Sholat Ashar kemudian lanjut ke Pantai Soge menunggu matahari tenggelam di sana

Seperti biasanya, foto-foto menjadi kegiatan utama, dan saya setia menjadi tukang foto pribadi untuk istri saya… hehehee

Fly
Fly
My Lady & My Bike

Mungkin mas bro gan sob tertarik juga untuk membaca artikel ini :

Widget not in any sidebars

Korban Pemasangan Velg Lebar

Bukan penyesalan ataupun kesedihan, hanya pelajaran yang saya ambil dari kejamnya modifikasi (heleh….).  Genap sebulan sudah saya memakai velg & ban lebar di Scorpio saya, dan selama sebulan ini modifikasi saya memakan korban, antara lain :

1. Selang Rem Putus seperti yang saya tulis di sini

Selang Rem Putus

Selang terjepit ban dan swingarm.

2. Spakbor depan tergerus ban yang menyebabkan saya hampir stoppie di jalan raya

Kejadiannya tepat pada tanggal 9 Agustus pagi, saat saya hendak pulang ke rumah orang tua untuk ikut acara jagong ke tempat saudara di Kendal, baru berjalan kurang lebih 700 meter dari rumah tiba-tiba motor berhenti mendadak padahal saya tidak mengerem dan dari arah roda depan terlihat asap dan bau plastik terbakar, saya kira ada masalah di remnya atau di bearing rodanya, ternyata spakbor bagian depan tergerus ban dan gerusannya meleleh dan mengeras yang meyebabkan spakbor nyangkut ke ban yang berputar. Mau tidak mau spakbor saya tarik sampai patah baru bisa dipakai jalan lagi

patahan spakbor

patahan spakbor

3. Spakbor depan pecah sewaktu menghajar lobang & polisi tidur

Spakbor pecah

Dibuat berjarak agar aman, malah mentok atas 🙁

kejadian tepat terjadi saat berangkat kopdar perdana Jatengmotoblog di Dieng, pada saat menuju telaga menjer saya sempat menghajar lubang yang tidak terlihat dan beberapa kali melibas polisi tidur yang tertutup bayangan pepohonan dalam kecepatan sedang. Mungkin karena spakbor yg terakhir ini sengaja saya pasang agak tinggi dan tidak terlalu mepet dengan ban, karena pengalaman sebelumnya, ban dengan alur kembangan yang dalam membuat kerikil ataupun kotoran gampang nyangkut dan bergesekan dengan spakbor. Namun akibatnya spakbor mentok dengan segitiga bawah saat shock bekerja 🙁 .

Baca Juga :

 

 

 

[Just Joke] Kopdar Jatengmotoblog

Beberapa momen yang sedikit unik saat kopdar Jatengmotoblog kemarin

Mas Eko Satuaspal.com sedang dicari fansnya

Kang Huda & Kan Imam sedang jongkok serius

Kakak lagi ngisengin adeknya, ditinggal nyangkut diatas kayu

Gambar ini saya edit dengan tujuan bercanda semata, jangan diambil hati ya…… hehehe. Sukses teru jatengmotoblog

buat kang imam, yang sedang sakit, semoga lekas sehat. Amin

Kopdar & Touring Perdana JATENGMOTOBLOG

Minggu 17 Agustus 2014 sesuai yang sudah direncanakan sebelumnya, Jatengmotoblog mengadakan kopdar & touring perdana ke Dieng, saya seperti yang telah saya tulis Nyolong Start duluan berangkat ke Dieng dan bertemu rekan-rekan lainnya di Dieng. Kurang lebih pukul 11.40 saya info ke rekan-rekan bahwa saya sudah berada di Masjid Jami Baiturrohman Dieng, menunggu waktu sholat Dzuhur dan menunggu kedatangan mereka.

Masjid Jami’ Baiturrohman Dieng
Gelar Lapak

Setelah ikut sholat berjamaah ponsel saya berbunyi, terdengar di sana suara Ki Salim mengabarkan bahwa rombongan jatengmotoblog sudah sampai di gardu pandang Tieng, sayapun berpindah tempat menunggu, yang tadinya di serambi kiri masjid berpindah ke teras depan masjid agar lebih mudah memantau kedatangan rekan-rekan. Beberapa menit menunggu, akhirnya rombongan jatengmotoblog datang juga, Ki Salim dengan Jupiter MXnya, Mase dengan Mary Janenya (Supra fit), Mas Budi dengan Megapronya, Kang Imam dengan NSZnya Serta Kang Huda dengan TVS Apache RTR160nya.

Setelah rekan-rekan selesai sholat, acara dilanjutkan jalan-jalan ke kompleks candi arjuna, masuk melalui candi setyaki, kok gak ada tukang karcisnya ya? apa gratis karena memperingati hari kemerdekaan? bahkan sampai di dalampun tidak ada petugas yang memungut retribusi seperti biasannya

Setelah selesai ambil gambar dan ngobrol, jalan-jalan dilanjutkan ke arah kawah sikidang, ditengah perjalanan menuju kawah sikidang perjalanan sempat tersendat karena ada acara pengajian dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, rencananya kami akan mampir ke kawah sikidang, akan tetapi karena akses jalan masuknya tertutup rombongan perserta pengajian kami lanjut saja ke Telaga Warna, pada saat akan lanjut ke Telaga Warna rombongan sempat terpisah menjadi 2 group, Ki Salim dan Kang Imam terpisah dan salah ambil jalur, harusnya ke kiri keliru ke kanan sementara kami yg lain sudah sampai di parkiran Telaga Warna. Setelah kembali berkumpul kamipun masuk ke lokasi, tak lupa ambil gambar dulu di depan pintu masuk

jatengmotoblog narsis

Untuk karcis masuknya dibayari sama pak ketua (mas eko).. terimakasih ya mas.. 😀

bapak-bapak narsis

Selesai narsis kami memutuskan untuk keluar dari lokasi dan menuju masjid yang sama untuk kumpul tadi untuk menunaikan ibadah sholat Ashar dan persiapan gas pulang. Untuk jalur pulang kami memilih jalur yang aman dan nyaman saja, mengingat hari sudah beranjak petang. Perjalanan pulang kami sempatkan untuk mampir membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, tak lupa untuk mencicipi mi ongklok di wonosobo

Mie Ongklok, Sate Sapi, Teh anget = 24rb

Selesai makan, istirahat sholat perjalanan dilanjut, jalan santai melalui jalur Wonosobo – Kledung – Temanggung – Banyubiru – Boyolali, sekitar pukul 22.40 semua sudah sampai di rumah masing-masing dengan selamat (kecuali mase, yg singgah di rumah kang imam karena kemaleman, takut gak dibukain pintu sama istrinya 😀 hahaha)

Menikmati Dinginnya Dieng

Menikmati Dinginnya Dieng. Minggu 17 Agustus 2014, suara adzan Subuh menggema, terdengar jelas dan lantang, ternyata penginapan tempat kami menginap tepat didepan masjid, kami bangun dengan sedikit malas, otot kaku dan terasa selimut dan sprei bahkan bantal seperti basah terkena air. Menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, begitu tangan menyentuh air terasa seperti menyentuh es dari dalam kulkas, namun niat hati untuk wudhu dan sholat mengalahkan rasa dingin yan menusuk.

Selesai sholat subuh mencoba untuk keluar kamar dan berjalan tanpa alas kaki di teras penginapan, baru berdiri sekitar satu menit, telapak kaki terasa seperti berdiri di bongkahan es, karena tidak tahan sayapun kembali masuk dan berbaring diatas kasur, sambil memeriksa pesan obrolan yang semalam tak terbaca di ponsel dilanjutkan browsing. Setelah beberapa waktu dari jendela penginapan mulai terlihat cahaya terang matahari, baru saya berani untuk keluar untuk berjemur dibawah sinar matahari mencari kehangatan, dan ternyata tidak hanya kami yang mencari kehangatan, terlihat beberapa ekor burung sriti dan seekor kucing yang juga berjemur di atap peginapan pagi itu

Selepas manasin badan, sarapan pun datang, secangkir teh dan seporsi mini nasi goreng. Kemudian sekitar pukul 10.30 kami check out dari penginapan, manasin motor lalu keliling Dieng mencari spot-spot untuk ambil gambar (yg penting foto, hasil belakangan) hehehe

Sampai pukul 11.30 kemudian istirahat di pinggir jalan menunggu teman-teman dari Jateng Moto Blog sambil makan bakso nyicil makan siang 😀 . Kemudian mendekati waktu sholat Dzuhur kami merapat ke masjid jami’ Baiturrohman Dieng, sambil menunggu waktu sholat saya mengabari teman-teman Jatengmotoblog jika saya menunggu di masjid tersebut, agar nanti mereka bisa langsung menuju ke lokasi apabila sudah sampai di Dieng

Masjid Jami’ Baiturrohman Dieng

[Nyolong Start] Touring perdana JATENGMOTOBLOG

Sabtu 16 Agustus 2014, sehari sebelum acara touring perdana Jatengmotoblog ke Dieng saya dan adek sepupu nyolong start ke Dieng, tujuannya memang pengen sampai di Dieng lebih dulu dan pengen nginep disana. Berangkat dari Boyolali sekitar pukul 9.30 pagi, kami (saya memakai scorpio dan adek saya memakai supra x 125) mengambil jalur Boyolali – Tengaran – Kopeng – Grabag, berhubung saya belum pernah lewat jalan tersebut (hanya sampai kopeng saja yang pernah saya lewati) saya hanya mengikuti petunjuk arah dan feeling saja dan sampai di daerah Grabag, saya sempat berhenti sebentar untuk cek GPS apakah jalur yang saya ambil sudah tepat, dan ternyata lumayan pas juga feeling saya, tempat saya berhenti hanya kurang dari 2 KM dari jalur tembus Semarang – Jogja

Boyolali – Grabag

Kemudian lanjut perjalanan ke Pringsurat – Temanggung – Parakan – Kledung – Wonosobo

grabag – wonosobo

Saya ambil jalan ini meskipun kalau dihitung lebih memutar jika tujuannya ke Dieng, alasanya karena mencari jalan yang nyaman dan tidak terlalu berat untuk adek saya. Sampai di Wonosobo kota sekitar pukul 11.30, kami istirahat untuk sholat Dzuhur dan makan siang dan mampir ke bengkel karena lampu depan motor adek saya tiba-tiba mati total, dan ternyata karena socket kabel switch lampu jauh dekatnya yang bermasalah. Kurang lebih pukul 13.30 kami melanjutkan perjalanan, naik ke Dieng lewat Telaga Menjer untuk sekedar melihat dan ambil gambar.

wonosobo – dieng

Sampai di Dieng sekitar pukul 14.30 setelah dihadang kemacetan di pos pendakian gunung prau dan rumah warga yang ada hajatan :D. Sampai di Dieng langsung mencari penginapan dan dapat kamar di Hotel Gunung Mas, sekamar berdua, kamar mandi dalam dan pemanas air (meskipun tdk bisa memakainya :D) seharga 180rb. Setelah meletakkan barang-barang dan sholat Ashar kami lanjut untuk jalan-jalan dan mencari cemilan serta pasta gigi.

Menjelang sore langsung ngamar karena udaranya begitu menusuk, meskipun tidak sampai ke tulang (dagingnya tebal) :D, malam hari kami keluar sebentar untuk makan malam dan beli manisan Carica untuk oleh-oleh.

Impresi setelah 2 minggu memakai velg chemco & ban swallow sb117

Dua minggu sudah saya memakai velg chemco ukuran 2.5″ depan dan 3.5″ belakang lingkar 17″, kesan sesaat setelah pemasangan terasa lebih rendah dibandingkan ketika masih memakai velg standart lingkar 18″. Ini terlihat ketika motor posisi standar tengah, pada saat masih memakai velg ori nya ban nempel dengan lantai nyaris tanpa jarak sama sekali

 

Setelah memakai velg chemco 17″ ada sedikit jarak antara ban dan lantai,ban bisa diputar dalam kondisi standar tengah

Selain itu kesan berbeda terasa saat melewati tikungan dengan kecepatan sedang, pada saat masih memakai velg ori nya terasa ban belakang seperti geal geol (termasuk efek memakai peninggi shock belakang) dan rasa itu hilang setelah memakai velg chemco ini, begitu pula saat melaju kecepatan tinggi dan melewati marka kejut,terasa lebih anteng.
Untuk masalah karet bundar saya memilih Swallow SB117 ukuran 100/80-17 untuk depan dan 120/80-17 untuk belakang yang katanya termasuk ban tipe dual purpose dengan harga terjangkau. Alasan utama sih karena harga dan motifnya, walaupun ada tmen yang bilang ban tersebut tidak enak untuk menikung, licin saat melewati jalanan basah dan sebagainya. Sampai saat ini yang paling saya rasakan ban ini mulai terasa gripnya setelah dipakai berkendara terus menerus lebih dari 30menit,berbeda dengan ban ori nya, saya kurang bisa merasakan gigitannya. Mungkin karena perbedaan tipe compoundnya, dimana setahu saya SB117 ini termasuk medium compound.
Dan yang saya rasakan sedikit menggangu adalah jarak ban depan dan spakbor yang terlalu tipis,sering kali terdengar bunyi gesekan yang terjadi karena ada batu atau pasir yang menempel di celah-celah kembangan ban dan menggesek spakbor, mungkin butuh dibuatkan bracket agar lebih tinggi.
Untuk sementara ini yang saya rasakan, untuk review pemakaian jarak jauh nanti akan saya sampaikan di artikel lain. Terimakasih.

Yamaha Scorpio Selang Rem Putus

Yamaha Scorpio Selang Rem Putus. Minggu 27 07 2014 selepas sholat subuh saya berangkat riding pagi ke arah Selo, setelah sekian lama tidak kesana, niat hati sekalian test ban & rem belakang. Perjalanan berangkat sampai Selo lancar, sempat beberapa saat berhenti di atas tikungan Irung Petruk untuk menikmati pemandangan arah kota Solo, dimana terlihat garis cahaya berkelok yang dihasilkan dari barisan kendaraan yang merayap dijalan raya, begitu indah, baru pertama kali ini saya melihatnya dari titik ini, mungkin karena kepadatan arus mudik. Setelah beberapa saat berhenti, kemudian melanjutkan naik kearah joglo merapi, namun baru mencapai tanjakan panjang Selo terdengar bunyi klotak-klotak dari arah belakang, akhirnya menepi untuk melihat apa yang terjadi, ternyata tabung minyak rem belakang terlepas dari dudukannya, baut & mur pengikat hilang tak berbekas, tabung minyak rem menggantung dan membentur velg meninggalkan bekas di velgnya 🙁

velg lecet

akhirnya mencari apapun yang bisa digunakan untuk menali tabung minyak rem dengan footstep belakang trus lanjut memacu kendaraan lagi sampai masuk ke tikungan menurun disebelah Hotel Selo, disini saya merasakan rem blong saat menginjak pedal rem belakang…. sedikit panik, sambil terus meginjak pedal rem, untungnya hanya jalan pelan saja, kemudian menepi lagi ditempat yang rata, didepan masjid sebelah Polsek Selo, kemudian saya cek rem belakang saya, dan ternyata selangnya putus terjepit ban dan swing arm. Selang rem bawaan nissin chemco ukurannya agak panjang, selang yang tadinya saya kaitkan dengan kabel ties ternyata bergeser dari posisinya dan masuk ke sela-sela ban dan swing arm

Selang Rem Putus

haduw…. akhirnya saya putuskan untuk pulang saja, turun dan Selo ke Boyolali dengan kecepatan rendah dan rem depan saja. Sampai dirumah saya cek merk dan jenis selang remnya sekalian bertanya ke teman-teman apa yang bisa digunakan untuk subtitusinya, ada yang mengusulkan untuk memakai selang rem aftermarket merk kitaco, ada juga yang menyarankan untuk memakai orinya saja cukup, begitu pula dengan selang rem belakang punya tiger revo. Orinya nissin chemco saya lihat ber merk nichirin

Selang Nichirin

Yamaha Scorpio Selang Rem Putus. Sepetinya agak susah kalau mencari yang sama, trus kalau memakai produk aftermarket harganya pasti lebih mahal dan harus ke toko variasi motor yang terpercaya agar tidak salah beli karena banyak barang abal-abal. Selain itu hari Minggu biasanya bengkel variasi tutup apalagi mendekati lebaran. Kemudian pilihan jatuh ke selang rem milik tiger revo, meskipun saya yakin kalau membeli di bengkel resmi Honda bakalan tidak ready stok dan harus indent dulu, akhirnya saya mencari di bengkel umum yang terkenal bagus di Boyolali dan ternyata ada. Meskipun bukan barang ori dengan segel Honda, tetapai saya lihat barangnya sama dengan selang yang dipakai nissin chemco hanya saja lebih pendek, harganya 45 ribu dan ini yang menjadi pilihan saya. Dan untuk urusan pemasangannya saya serahkan teman mekanik langganan.

Dari pengalaman ini membuat saya sampai sekarang melakukan riset untuk rem belakang saya, agar lebih aman dan nyaman, apalagi setelah saya perhatikan master rem belakang saya terlalu miring sehingga tuas pedalnya tidak tegak lurus saat diinjak, hal ini bisa membuat seal karet di master rem cepat rusak

master rem miring

rencananya saya akan mendesain ulang bracket master remnya, agar master rem bisa tegak lurus dan pergerakan tuasnya tegak lurus juga.

Mencoba velg 17″ tapak lebar

Melihat kondisi ban belakang Scorpio saya sudah seperti berubah tipe saja, dari ban all purpose menjadi ban slick ( baca aus, halus, botak ), sebenarnya ban ini belum pernah bocor hanya ada beberapa paku yang nyangkut tapi tidak sampai merobek ban luar dan ban dalamnya, akan tetapi karena usia yang sudah 2 tahun dan juga sudah botak ditengah (gak bisa miring-miring, jadi tengahnya saja yang habis) membuat saya bertekad bulat ngumpulin dana untuk merombak area kaki-kaki.

Rombakan ini saya lakukan dengan mengganti ban dan velg, saya memilih velg merk chemco ukuran 2.5×17 untuk velg depan dan 3.5×17 untuk velg belakang yang ditebus senilai 1.3jt dari toko variasi di daerah Solo Baru dan ini sudah saya beli beberapa bulan lalu. Lalu menyusul master rem dan kaliper rem belakang merk nissin chemco di bulan Mei senilai 800.000 rupiah. Kemudian di bulan Juni menebus disc cakram original Tiger Revo senilai 150.000 rupiah serta membeli kelengkapan lainnya, seperti baut-baut cakram, bearing roda depan belakang, bearing gear, damper naff gear, bushing roda, seal oli, yang mencapai total sekitar 400.000 rupiah.

Kemudian di bulan Juli membeli satu set ban merk Swallow tipe SB-117 ukuran 100/80 x 17 untuk roda depan, 120/80 x 17 untuk roda belakang seharga 720.000 rupiah serta membuat bracket untuk dudukan master rem seharga 30.000 rupiah dan membeli spakbor old vixion senilai 70.000, setelah dirasa cukup materialnya akhirnya Sabtu 19 Juli 2014 lalu saya bawa motor dan semua perlengkapan itu ke bengkel dekat rumah setelah sebelumnya saya berunding dengan pemilik dan montirnya, karena bengkel ini lumayan ramai dan montirnya hanya 1 orang, akhirnya disepakati motor harus menginap maksimal dua hari di bengkel, ya mau gimana lagi, daripada saya harus bawa ban, velg plus kelengkapannya ke bengkel langganan yang cukup jauh, akhirnya saya pasrah dan mempercayakan pengerjaannya ke bengkel tersebut.

Sabtu sore, sempat sekali ngintip ke bengkel, motor masih dianggurin, belom dikerjakan sepertinya, ternyata baru masang ban ke velg saja, menunggu dengan sabar.

Minggu pagi kembali saya cek ke bengkel, masih belum dikerjakan juga, akan tetapi mekaniknya bilang kalau kepala baut untuk cakram belakangnya kurang tipis, harus cari baut yang lebih tipis, seperti punyanya satria fu katanya dan ternyata bengkelnya tidak punya, akhirnya saya bantuin nyari ke toko baut di daerah Nusukan Solo, sekalian beli baut buangan oli dan baut cakram depan, untuk cadangan. Baut sudah didapat, akhirnya saya serahkan ke mekanik dan saya lihat ban depan sudah dilepas untuk melepas piringan cakram yang ternyata harus memakai bantuan tukang las, karena bautnya susah dilepas. Kemudian saya tinggal lagi, untuk istirahat.

Sorenya, sekitar pukul 3 sore saya kembali ke bengkel, saya cek motor saya sudah tidak ada di bengkel dan roda depan belakang saya sudah dicopot, sambil nunggu akhirnya saya angkut pulang roda dan kelengkapannya yang tidak dipakai lagi, ternyata motor saya sedang dibawa ke tukang las untuk membuat tuas penghubung antara pedal rem dan ujung tuas master rem dan sedikit memotong dudukan kaliper rem karena mentok dengan swingarm, setelah beberapa saat menunggu akhirnya motor saya dibawa kembali ke bengkel, tinggal finishing, memasang tabung minyak rem dan setel rantai belakang. Dan Alhamdulillah, selesai

Kopdargab Scorpio Riders Eks Karisidenan Surakarta

Pada Kamis, 30 April 2014 bertempat di depan Gelora Manahan beberapa komunitas pemakai Yamaha Scorpio berkumpul, silaturahmi dan membahas mengenai kopdargab yang nantinya akan diadakan secara rutin dengan lokasi berpindah-pindah. Club yang datang pada malam itu antaralain YSC Surakarta, ASICS, SAKRAL, SUPERSIC, KLASIK, EKSOTIC, WORS, VISCO, ASR. SNAIDERS, YSPC Pacitan, YSPC Ponorogo dan beberapa komunitas independen pengguna Yamaha Scorpio, kurang lebih ada seratusan motor Scorpio segala genre… hehehe, mulai dari yang ekstrim sampai yang standart ting-ting juga ada, mulai dari yang memakai ban super lebar sampai ban cacing juga ada :(. Acara malam itu murni acara santai, ngobrol bareng dan saling kenalan, dari tiap-tiap Club/komunitas diwakili juru bicaranya memperkenalkan komunitas dan sekretariat masing-masing.

Setelah selesai ngobrol ngalor ngidul, diadakan lomba sepeda lambat, dimana setiap komunitas mengirimkan 2 perwakilan untuk diadu mengendarai Scorpionya tapi secara pelan-pelan dan tidak boleh menurunkan kaki sebelum garis finish dan pemenangnya diambil yang bisa finish terakhir tanpa melakukan kesalahan.