Modifikasi scorpio simple tapi menawan. Ini murni pendapat saya, beberapa modifikasi scorpio ini mampu disulap lebih menawan, bahkan dengan body aslipun tetap tampil beda
Semoga bermanfaat untuk inspirasi modifikasi scorpio anda. Untuk harga, biaya dan dimana modifnya, saya juga belum tahu detailnya
Mungkin mas bro gan sob tertarik juga untuk membaca artikel ini :
redto-black.web.id – Jalur Listrik Lampu Yamaha Scorpio mengambil arus dari spull, ini menyebabkan lampu sering redup ketika putaran mesin rendah, dan kadang saat melewati jalanan yang jelek pada malam hari membuat saya kesulitan melihat jalan didepan karena kurangnya pencahayaan. Sebenarnya sudah lama saya merencanakan perubahan jalur ini, namun karena baru sempat dikerjakan, akhirnya baru minggu lalu saya ubah jalurnya. Cukup mudah caranya, hanya melepas kabel kuning strip merah yang masuk ke kiprok, kemudian menyambungkan ke kabel coklat yang berasal dari aki, dan jalur yang terdekat adalah dari switch rem belakang, kemudian melepas kabel yg sama yang ada di socket dibawah tengki (kabel dari spull). Yang menyebabkan arus listrik yg menuju lampu (lampu utama, lampu senja dan lampu belakang) berpindah jalur, yang semulanya dari spull dipindah ke aki.
kabel kuning merupakan kabel baru yang menghubungkan kabel kuning strip merah yang dilepas dari socket kiprok dan dijumper ke kabel coklat yang mengarah ke switch rem.
Selesai memindah jalur listrik lampu yamaha scorpio, saya lanjutkan untuk mematikan feature aho, rada risih dengan feature aho, karena kalau masuk ke gang yang banyak orangnya lampu tidak dimatikan terasa kurang sopan, jadinya saya tambahkan switch kecil yang saya tempel di bawah holder switch di stang sebelah kiri, tepat dibawah switch klakson, untuk memutus arus listrik yang masuk ke switch lampu jauh – dekat. Jadinya sekarang lampu utama bisa dimatikan bila dibutuhkan.
hasilnya, ketika switch dimatikan, headlamp mati, lampu senja tetap menyala. 🙂
Riding Pagi ke Tawangmangu. Mengawali bulan Desember, inilah artikel pertama saya dibulan ini, pagi ini (Minggu 7 Des 2014) saya dan dua rekan kerja saya riding pagi ke Cemoro Sewu, Magetan (perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur , Karanganyar – Magetan), sudah kami rencanakan dari beberapa minggu lalu, sebenarnya masih besok tgl 14, namun karena semua setuju untuk dimajukan pagi ini akhirnya berangkat pagi ini, saya yang paling jauh dari lokasi berangkat dari rumah pukul 03.30 kemudian menuju titik kumpul di depan Bank BI Solo, setelah berkumpul dilanjutkan sholat subuh dulu di masjid Mesen.
Riding Pagi ke Tawangmangu. Seusai sholat, saya sendiri yang sholat, karena dua rekan saya sudah sholat dirumah masing-masing, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Cemoro Sewu, melewati Palur – Karanganyar Kota – Tawangmangu, sampai di Karangnyar kota kami harus keluar dari jalur utama, karena jalur utama sudah ditutup untuk CFD (Car Free Day), padahal masih sepagi itu, kenapa sudah ditutup ya…. hehehe. Selepas dari Karangpandan mulai gerimis, jalanan basah, membuat kami berjalan pelan-pelan, apalagi di jalanan yang berkelok-kelok dan menurun. Sekitar pukul 6 kurang, kami sampai di Cemoro Sewu, diatas tidak gerimis dan mataharipun sudah kelihatan sedikit, yang semula tertutup awan tebal.
Untuk menghangatkan badan akhirnya kami merapat ke tungku bakar, eh…. merapat di salah satu warung yang ada di pinggir jalan, kami bertiga memesan minuman dan intel goreng (indomie telur goreng) dan seporsi tempe goreng tepung.
Riding Pagi ke Tawangmangu. Setelah dirasa cukup istirahat dan makannya, kami kembali turun, tujuan kami adalah ke pasar Tawangmangu, mencari oleh-oleh, saya sendiri sebenarnya mencari penjual stoberi, akan tetapi pagi itu belum ada stroberi yang datang, akhirnya saya membeli alpukat dan rekan saya membeli pisang pesanan ibunya, kemudian kami bertiga pulang, sekitar pukul 9 pagi kami sampai dirumah masing-msaing dengan selamat. Alhamdulillah.
Hehehe, sepertinya kota Pacitan bukan kota yang membosankan bagi saya, Sabtu – Minggu (8-9 Nopember 2014) kemarin saya dan adik sepupu saya riding berdua ka Pacitan dengan tujuan pantai Banyu Tibo, pantai Soge dan menginap di kota Pacitan. Berangkat dari Kartasura Sabtu pukul 07.00 melalui Baki Sukoharjo – Solo Baru – Wonogiri dan pada pukul 08.30 berhenti di Giriwoyo untuk sarapan sebentar, kemudian dilanjutkan ke tujuan pertama, yaitu pantai Banyu Tibo, melalui jalur yang sama seperti jalur menuju pantai Klayar, bedanya sekarang jalurnya sedang diperbaiki, selepas Goa Gong kurang lebih 5KM sudah bagus aspal baru yang masih halus
namun setelah itu kembali lagi jalan rusak dan sebagian sedang proses perbaikan, tanah urugan dan di beberapa titik ada proses penggalian. Setelah selesai melewati jalur yang ajrut-ajrutan kami sempat salah ambil jalur, yang harusnya masih lurus di perempatan desa kalak malah saya belok kanan, alhasil harus putar balik setelah menikmati jalan yg hancur. Maklum, petunjuk ke arah pantai Banyu Tibo, belum sejelas petunjuk ke arah pantai Klayar. Untuk masuk ke lokasi pantai Banyu Tibo, kami dikenakan retribusi 10.000 rupiah untuk dua orang dan dua motor, setelah membayar di pos, kami masih harus menempuh beberapa ratus meter jalan beton dan beton rusak menurun menuju lokasi, Dan inilah pantai Banyu Tibo melalui jepretan kamera murah saya
Tak lama kami di pantai Banyu Tibo, sekedar berfoto menikmati keindahan alam sembari menikmati es kelapa muda seharga 6.000 rupiah perbuah, kemudian kami lanjut ke kota Pacitan melalui jalur Punung – Sedeng – Kota Pacitan dan mencari penginapan, awalnya berniat mencari penginapan di sekitar pantai Teleng Ria, akan tetapi terasa begitu panas dan sepertinya tidak banyak pilihan warung makan disana, akhirnya mengurungkan niat dan terus melaju ke kota mencari penginapan di kota saja. Setelah mendapatkan penginapan yang lumayan, lumayan murah, kamar bersih, kamar mandi bersih, kami beristirahat sejenak, sambil menunggu waktu sholat Ashar dan setelah sholat Ashar kami lanjutkan ke pantai Soge, untuk menikmati sunset disana. Namun sayang, sampai di sana langit mendung, matahari tertutup mendung,
Akhirnya pukul 16.30 kami kembali ke penginapan, bersih diri, makan malam lanjut istrirahat, paginya lanjut ke pantai Teleng Ria
Selesai bermain air di pantai Teleng Ria, kami mencari tempat untuk sarapan, pada saat berangkat menuju pantai Teleng Ria, saya sempat melihat warung makan di dekat kodim 081, warung makan yang ramai dikunjungi ibu-ibu yang malas(tidak sempat) memasak di hari libur (hehehe). Dan benar saja, saat kami sampai ada beberapa ibu-ibu yang belanja sayur matang dan makanan kecil, bahkan sampai kami selesai makan pun masih banyak ibu-ibu yang berdatangan, kami memilih warung seperti ini karena bisa dipastikan sistemnya ambil sendiri, cocok dengan porsi makan kuli kami.. hehehe, terutama sepupu saya, yang gampang lapar, selain itu untuk makan lengkap dengan lauk dan sayur dan minum kami hanya butuh membayar 18.000 rupiah untuk berdua, lumayan murah.
nama warungnya warung makan alami, letaknya di dekat kodim 081 pacitan, jalan letjen Suprapto kalau tidak keliru. Selesai makan, kami kembali ke penginapan dan sekitar pukul 08.00 kami checkout kemudian membeli oleh-oleh serta isi bensin lanjut gas pulang kerumah.
Sabtu dan Minggu (25,26 Oktober 2014) saya agendakan untuk riding pagi, sabtunya seperti biasa saya memilih naik ke Selo, lagi-lagi ke Joglo Merapi, ke pos awal pendakian gunung Merapi. Saya berangkat dari rumah selepas sholat Subuh, sampai di Selo sudah lumayan terang, dan karena bertepatan dengan malam satu Suro, ternyata banyak yang sedang mendaki ke puncak Merapi, dari yang saya dengar di obrolan orang-orang hampir seribu orang yang melakukan pendakian saat itu
Berhubung udara yang dingin, saya sempatkan untuk minum teh panas, di salah satu warung yang ada disini. Selesai ngeteh, saya lanjutkan untuk berkendara ke arah Ketep, menikmati liukan jalan aspal, sampai akhirnya saya putar balik untuk pulang. Tak lupa mampir ke jembatan Jrakah dulu..
Jalur lama, sebelum jembatan Jrakah jadi…
[youtube=http://youtu.be/Pq2OiRGkUkI]
Minggu pagi, yang awalanya saya tidak berniat kemana-mana, malah istri mengajak menyambut sunrise ke Tawangmangu, berangkat dari rumah sekitar pukul 4 pagi, sebelum sholat Subuh. Melalui jalur Boyolali – Kartosuro – Solo – Palur – Karanganyar – naik ke Tawangmangu, mulai jalur naik sudah terlihat di langit sebelah timur warna semburat jingga, namun sayang tak sempat terabadikan, karena ingin segera sampai ke Cemoro Kandang. Sesampainya di Cemoro Kandang, terlihat banyak sekali kendaraan berkumpul, pasti banyak yang sedang mendaki ke puncak Lawu.
Mampir disebuah warung, memesan teh panas dan seporsi intel(indomie telur) goreng untuk saya dan intel rebus untuk istri saya
Berangkat dari Boyolali pada hari Jum’at, tanggal 18/10/2014 pukul 22:00 dengan menggunakan bus pariwisata saya dan rombongan rekan kerja sampai di Batu, Malang pukul 07:00 hari Sabtu tanggal 19/10/2014. Setelah sampai di homestay, pembagian kamar, bersih diri serta sarapan pagi kami berangkat menuju Jatimpark 1,berhubung ini acara santai dan bertujuan untuk refreshing, kami memilih Jatimpark1 yang banyak wahana permainannya(banyak yang sedang diperbaiki juga), selain itu cocok bagi yang mempunyai anak kecil.
Agenda kami bermain total di Jatimpark1, tanpa ada acara resmi, semua diperbolehkan mencoba wahana permainan yang ada, kami hanya diminta untuk berkumpul pada pukul 12:00 untuk makan siang, serta pukul 16:00 untuk kembali pulang. Setelah diberi tiket masuk yang berupa gelang kertas yang wajib dipakai sebagai tanda masuk ke Jatimpark1, petualanganpun dimulai….
di awal pintu masuk kami disambut bangunan yang baru mulai dibangun serta beberapa spot yang sedang mengalami perbaikan
seperti biasa kalau jalan-jalan bersama istri, saya pasti jadi tukang foto, selain itu saya juga tidak suka terlalu difoto, jadi nikmati saja fotonya.. hehehe
sampai di wahana permainan, saya dan istri hanya mencoba 3 wahana saja, yaitu Spinning Coaster, Dragon Coaster dan Sky Ride
Berikut video yang sempat saya rekam saat naik Spinning Coaster & Sky Ride
Pagi ini saya berangkat kerja seperti biasanya, melalui jalur yang sama, akan tetapi sedikit lebih siang, mendekati lokasi tempat kerja saya, saya lihat ada kepanikan dan kerumunan orang, saya kira sebuah hal yang wajar karena memang waktunya orang-orang berangkat kerja dan anak-anak masuk sekolah, ternyata didepan sekolah yang biasa saya lewati sedang ada razia polisi, banyak orang yang panik lalu berhenti dan putar balik, sehingga memecah konsentrasi berkendara, saya sendiri tidak sadar kalau sedang ada razia, baru tau pas tepat melintas dilokasi polisi berkumpul. Razia ini dibagi di dua titik, tepat depan SMA dan pertigaan setelah SMA, boleh dibilang lokasi yang cukup maut, karena tidak ada gang untuk membelok dan kabur bagi yang tidak tertib, selain itu jalur ini merupakan jalur subur pelanggaran lalu lintas, karena sering banyak anak SMA yang tidak tertib dan karyawan-karyawan pabrik yang sering berkendara tanpa kelengkapan seharusnya, baik surat-surat kendaraan ataupun kelengkapan keselamatan berkendara.
Dan ada hal yang membuat saya tertawa ketika melintasi lokasi razia ini, kebetulan saja saya tidak diberhentikan dan melintas dengan nyaman, tapi bukan itu yang membuat saya tertawa karena lolos razia, tetapi ada seorang pengendara motor yang berboncengan dan pembonceng tidak memakai helm, saat pengendara ini diberhentikan bapak polisi dia tidak berhenti sambil berkata “Sudah ditilang Pak!”… hehe, dan kejadian itu terulang dua kali, hmmm kadang kasihan juga melihat hal seperti itu, akan tetapi sudah menjadi konsekunsinya apabila tidak tertib dan tidak mengikuti peraturan ya ditilang,
Casio QV-R300 mounted on handlebar. Lagi pengen rekam perjalanan pakai kamera digital yang sudah saya punya (Casio QV-R300) namun bingung untuk mountingnya ke motor gimana, akhirnya googling nyari tripod sepeda, nemu yang seperti ini
Casio QV-R300 mounted on handlebar. Bikepod, kemudian googling penjualnya, akhirnya ketemu dengan geraidigital.com di bukalapak.com, lumayan murah harganya 88rb, selain itu pas saya konfirmasi ke penjualnya ready stock, akhirnya beli deh… Pengalaman pertama transaksi di bukalapak.com, ternyata nyaman untuk pembeli, ada jaminan dari bukalapak.com mengenai keamanan dana yang kita transfer, karena dana yang kita transfer masuk ke rekening bukalapak.com dan setelah ada konfirmasi penerimaan barang dari customer dana tersebut baru ditransfer ke penjualnya, sama seperti sistem rekber(rekening bersama) yang ada di kaskus.
Casio QV-R300 mounted on handlebar. Setelah barang sampai dan saya konfirmasi penerimaan, waktunya mencoba, bikepod saya pasang di stang bagian kiri dekat spion kiri, lalu test record video, berikut hasilnya
http://www.youtube.com/watch?v=EP0gOthn_Lg
kamera murah, saat kecepatan diatas 70kpj gambarnya langsung getar, ngeblurr… hehehehe
Mungkin mas bro gan sob tertarik juga untuk membaca artikel ini :
Redesain Bracket Master Rem Cakram Belakang Yamaha Scorpio . Seperti yang saya tulis di artikel dilema cakram belakangku saya masih mengalami masalah dengan rem cakram belakang saya, setelah konsultasi dengan mekanik, akhirnya saya putuskan untuk merombak dudukan master rem cakram belakang dulu, yang tadinya miring, sekarang diatur supaya bisa mendekati tegak lurus agar ketika tuas rem diinjak gerakan piston master rem bisa tegak lurus dan seal tidak cepat jebol. Posisi dulu seperti gambar ini
Posisi master rem cakram belakang sekarang
Redesain Bracket Master Rem Cakram Belakang Yamaha Scorpio. Demi mendapatkan sudut ini, switch rem belakang mesti dikorbankan, karena bertabrakan dengan ujung master rem, untuk sementara masih mencari cara agar switch rem tetap bisa dipergunakan. Setelah perubahan ini, saya rasakan ada perubahan yang cukup signifikan ketika memakai rem cakram belakang, sebelumnya rem terasa dalam dan kurang pakem, sekarang jarak main rem lebih pendek akan tetapi hasilnya lebih pakem. Untuk sementara bracket ini dulu yang saya ubah, untuk penahan dudukan kaliper tetap menempel di swingarm seperti semula
Mungkin mas bro gan sob tertarik juga untuk membaca artikel ini :
Dilema Cakram Belakangku. Inilah dilema yang saya hadapi sekarang, kemampuan rem cakram belakang cenderung berkurang setelah memakai rear disk brake chemco, bukan karena kualitasnya, namun lebih kearah pemasangannya. Metode yang saya pakai sekarang adalah metode di gambar pertama, dimana menggunakan bracket asli bawaan chemco yang diikatkan ke swingarm lalu diberi baut penahan kecil, namun efeknya rem cakram belakang terasa mentul-mentul saat diijak dan terasa kurang pakem.
Gambar kedua, melubangi swingarm, saat ini masih ragu, apakah ini metode terbaik yang harus saya lakukan agar bisa mendapatkan fungsi rem cakram belakang yang sempurna? namun masih eman-eman dengan swingarm orinya
Gambar ketiga, melubangi bracket kaliper rem dan menggeser posisi kaliper yang harusnya dibelakang menjadi agak kedepan lalu ujung bracket kaliper yang harusnya dikaitkan dengan swing arm dikaitkan dengan besi penopang rem teromol, seperti mekanisme rem teromol sebelumya.
Menyambung tulisan another journey to Pacitan, perjalanan pulang kami sempatkan untuk mampir ke pantai Srau, yang belum pernah kami kunjungi. Dari kota Pacitan kami mengambil jalur luar kota, melewati Pantai Teleng Ria ke arah Pringkuku, lalu belok ke kiri masuk ke kampung, jalur didalam kampung menuju pantai Srau tidak terlalu jelek, kebanyakan sudah aspal meskipun jalan sedikit sempit dan berlubang dibeberapa titik. Setelah beberapa menit berkendara akhirnya sampai di lokasi Pantai Srau. Pantai ini terdiri dari deretan pantai yang terpisah-pisah, mulai dari dekat pintu loket pembayaran sampai ujung kampung, iya di pinggir pantai ini ada kampungnya, dan untuk sampai ke lokasi pantai kita harus melewati jalan di pinggir kuburan sebelum masuk kampung.
dan di pantai ini saya menemukan banyak ubur-ubur berserakan yang sudah tidak utuh lagi bentuknya, hanya meninggalkan bentuk seperti agar-agar bening
Di Pantai Srau ini kami tidak terlalu lama karena kami mengejar target pukul 15.00 harus sudah sampai dirumah (Boyolali) agar tetap punya waktu istirahat karena hari Senin harus masuk kerja. Diperjalanan pulang kami bertemu rombongan RX-King yang pulang dari acara di Pantai Teleng Ria, sempat beberapa saat masuk ke barisan dan bermanuver bersama, tapi sepertinya mereka masih ngantuk sehingga hanya berkendara dengan santai, akhirnya saya keluar dari barisan dan mendahului mereka, agak kurang nyaman dengan kepulan asap dari ruang bakar mereka dan selain itu mereka sering bleyer2 mesin untuk memberi tanda kepada pengguna jalan lain, sepertinya mereka tidak punya klakson, selain itu saya lihat beberapa tidak memasang spion
Kami sempat salah ambil jalur, yang seharusnya lurus tapi keliru belok kiri, dan masuk ke jalan aspal yang bergelombang yang membuat perut sakit karena meski hanya berjalan 20kpj motor berayun-ayun melompat-lompat (hehehe). Tepat waktu sholat Dzuhur kami beristirahat di sebuah masjid di Giriwoyo, Wonogiri, dan saya sempat ditanyai seorang bapak-bapak yang selesai sholat, dari mana, kerja dimana dan sebagainya. Kemudian kami lanjut lagi dan sekitar 13.45 kami berhenti di warung bakso Raksasa di Wonogiri kota lalu untuk makan siang dan pukul 15.10 kami sampai di rumah Boyolali.