Korban Pemasangan Velg Lebar

Bukan penyesalan ataupun kesedihan, hanya pelajaran yang saya ambil dari kejamnya modifikasi (heleh….).  Genap sebulan sudah saya memakai velg & ban lebar di Scorpio saya, dan selama sebulan ini modifikasi saya memakan korban, antara lain :

1. Selang Rem Putus seperti yang saya tulis di sini

Selang Rem Putus
Selang Rem Putus

Selang terjepit ban dan swingarm.

2. Spakbor depan tergerus ban yang menyebabkan saya hampir stoppie di jalan raya

Kejadiannya tepat pada tanggal 9 Agustus pagi, saat saya hendak pulang ke rumah orang tua untuk ikut acara jagong ke tempat saudara di Kendal, baru berjalan kurang lebih 700 meter dari rumah tiba-tiba motor berhenti mendadak padahal saya tidak mengerem dan dari arah roda depan terlihat asap dan bau plastik terbakar, saya kira ada masalah di remnya atau di bearing rodanya, ternyata spakbor bagian depan tergerus ban dan gerusannya meleleh dan mengeras yang meyebabkan spakbor nyangkut ke ban yang berputar. Mau tidak mau spakbor saya tarik sampai patah baru bisa dipakai jalan lagi

patahan spakbor
patahan spakbor

3. Spakbor depan pecah sewaktu menghajar lobang & polisi tidur

Spakbor pecah
Dibuat berjarak agar aman, malah mentok atas 🙁

kejadian tepat terjadi saat berangkat kopdar perdana Jatengmotoblog di Dieng, pada saat menuju telaga menjer saya sempat menghajar lubang yang tidak terlihat dan beberapa kali melibas polisi tidur yang tertutup bayangan pepohonan dalam kecepatan sedang. Mungkin karena spakbor yg terakhir ini sengaja saya pasang agak tinggi dan tidak terlalu mepet dengan ban, karena pengalaman sebelumnya, ban dengan alur kembangan yang dalam membuat kerikil ataupun kotoran gampang nyangkut dan bergesekan dengan spakbor. Namun akibatnya spakbor mentok dengan segitiga bawah saat shock bekerja 🙁 .

Baca Juga :

 

 

 

[Just Joke] Kopdar Jatengmotoblog

Beberapa momen yang sedikit unik saat kopdar Jatengmotoblog kemarin

Mas Eko Satuaspal.com sedang dicari fansnya
Kang Huda & Kan Imam sedang jongkok serius
Kakak lagi ngisengin adeknya, ditinggal nyangkut diatas kayu

Gambar ini saya edit dengan tujuan bercanda semata, jangan diambil hati ya…… hehehe. Sukses teru jatengmotoblog

buat kang imam, yang sedang sakit, semoga lekas sehat. Amin

Kopdar & Touring Perdana JATENGMOTOBLOG

Minggu 17 Agustus 2014 sesuai yang sudah direncanakan sebelumnya, Jatengmotoblog mengadakan kopdar & touring perdana ke Dieng, saya seperti yang telah saya tulis Nyolong Start duluan berangkat ke Dieng dan bertemu rekan-rekan lainnya di Dieng. Kurang lebih pukul 11.40 saya info ke rekan-rekan bahwa saya sudah berada di Masjid Jami Baiturrohman Dieng, menunggu waktu sholat Dzuhur dan menunggu kedatangan mereka.

Masjid Jami’ Baiturrohman Dieng
Gelar Lapak

Setelah ikut sholat berjamaah ponsel saya berbunyi, terdengar di sana suara Ki Salim mengabarkan bahwa rombongan jatengmotoblog sudah sampai di gardu pandang Tieng, sayapun berpindah tempat menunggu, yang tadinya di serambi kiri masjid berpindah ke teras depan masjid agar lebih mudah memantau kedatangan rekan-rekan. Beberapa menit menunggu, akhirnya rombongan jatengmotoblog datang juga, Ki Salim dengan Jupiter MXnya, Mase dengan Mary Janenya (Supra fit), Mas Budi dengan Megapronya, Kang Imam dengan NSZnya Serta Kang Huda dengan TVS Apache RTR160nya.

Setelah rekan-rekan selesai sholat, acara dilanjutkan jalan-jalan ke kompleks candi arjuna, masuk melalui candi setyaki, kok gak ada tukang karcisnya ya? apa gratis karena memperingati hari kemerdekaan? bahkan sampai di dalampun tidak ada petugas yang memungut retribusi seperti biasannya

Setelah selesai ambil gambar dan ngobrol, jalan-jalan dilanjutkan ke arah kawah sikidang, ditengah perjalanan menuju kawah sikidang perjalanan sempat tersendat karena ada acara pengajian dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, rencananya kami akan mampir ke kawah sikidang, akan tetapi karena akses jalan masuknya tertutup rombongan perserta pengajian kami lanjut saja ke Telaga Warna, pada saat akan lanjut ke Telaga Warna rombongan sempat terpisah menjadi 2 group, Ki Salim dan Kang Imam terpisah dan salah ambil jalur, harusnya ke kiri keliru ke kanan sementara kami yg lain sudah sampai di parkiran Telaga Warna. Setelah kembali berkumpul kamipun masuk ke lokasi, tak lupa ambil gambar dulu di depan pintu masuk

jatengmotoblog narsis

Untuk karcis masuknya dibayari sama pak ketua (mas eko).. terimakasih ya mas.. 😀

bapak-bapak narsis

Selesai narsis kami memutuskan untuk keluar dari lokasi dan menuju masjid yang sama untuk kumpul tadi untuk menunaikan ibadah sholat Ashar dan persiapan gas pulang. Untuk jalur pulang kami memilih jalur yang aman dan nyaman saja, mengingat hari sudah beranjak petang. Perjalanan pulang kami sempatkan untuk mampir membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, tak lupa untuk mencicipi mi ongklok di wonosobo

Mie Ongklok, Sate Sapi, Teh anget = 24rb

Selesai makan, istirahat sholat perjalanan dilanjut, jalan santai melalui jalur Wonosobo – Kledung – Temanggung – Banyubiru – Boyolali, sekitar pukul 22.40 semua sudah sampai di rumah masing-masing dengan selamat (kecuali mase, yg singgah di rumah kang imam karena kemaleman, takut gak dibukain pintu sama istrinya 😀 hahaha)

Menikmati Dinginnya Dieng

Menikmati Dinginnya Dieng. Minggu 17 Agustus 2014, suara adzan Subuh menggema, terdengar jelas dan lantang, ternyata penginapan tempat kami menginap tepat didepan masjid, kami bangun dengan sedikit malas, otot kaku dan terasa selimut dan sprei bahkan bantal seperti basah terkena air. Menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, begitu tangan menyentuh air terasa seperti menyentuh es dari dalam kulkas, namun niat hati untuk wudhu dan sholat mengalahkan rasa dingin yan menusuk.

Selesai sholat subuh mencoba untuk keluar kamar dan berjalan tanpa alas kaki di teras penginapan, baru berdiri sekitar satu menit, telapak kaki terasa seperti berdiri di bongkahan es, karena tidak tahan sayapun kembali masuk dan berbaring diatas kasur, sambil memeriksa pesan obrolan yang semalam tak terbaca di ponsel dilanjutkan browsing. Setelah beberapa waktu dari jendela penginapan mulai terlihat cahaya terang matahari, baru saya berani untuk keluar untuk berjemur dibawah sinar matahari mencari kehangatan, dan ternyata tidak hanya kami yang mencari kehangatan, terlihat beberapa ekor burung sriti dan seekor kucing yang juga berjemur di atap peginapan pagi itu

Selepas manasin badan, sarapan pun datang, secangkir teh dan seporsi mini nasi goreng. Kemudian sekitar pukul 10.30 kami check out dari penginapan, manasin motor lalu keliling Dieng mencari spot-spot untuk ambil gambar (yg penting foto, hasil belakangan) hehehe

Sampai pukul 11.30 kemudian istirahat di pinggir jalan menunggu teman-teman dari Jateng Moto Blog sambil makan bakso nyicil makan siang 😀 . Kemudian mendekati waktu sholat Dzuhur kami merapat ke masjid jami’ Baiturrohman Dieng, sambil menunggu waktu sholat saya mengabari teman-teman Jatengmotoblog jika saya menunggu di masjid tersebut, agar nanti mereka bisa langsung menuju ke lokasi apabila sudah sampai di Dieng

Masjid Jami’ Baiturrohman Dieng

[Nyolong Start] Touring perdana JATENGMOTOBLOG

Sabtu 16 Agustus 2014, sehari sebelum acara touring perdana Jatengmotoblog ke Dieng saya dan adek sepupu nyolong start ke Dieng, tujuannya memang pengen sampai di Dieng lebih dulu dan pengen nginep disana. Berangkat dari Boyolali sekitar pukul 9.30 pagi, kami (saya memakai scorpio dan adek saya memakai supra x 125) mengambil jalur Boyolali – Tengaran – Kopeng – Grabag, berhubung saya belum pernah lewat jalan tersebut (hanya sampai kopeng saja yang pernah saya lewati) saya hanya mengikuti petunjuk arah dan feeling saja dan sampai di daerah Grabag, saya sempat berhenti sebentar untuk cek GPS apakah jalur yang saya ambil sudah tepat, dan ternyata lumayan pas juga feeling saya, tempat saya berhenti hanya kurang dari 2 KM dari jalur tembus Semarang – Jogja

Boyolali – Grabag

Kemudian lanjut perjalanan ke Pringsurat – Temanggung – Parakan – Kledung – Wonosobo

grabag – wonosobo

Saya ambil jalan ini meskipun kalau dihitung lebih memutar jika tujuannya ke Dieng, alasanya karena mencari jalan yang nyaman dan tidak terlalu berat untuk adek saya. Sampai di Wonosobo kota sekitar pukul 11.30, kami istirahat untuk sholat Dzuhur dan makan siang dan mampir ke bengkel karena lampu depan motor adek saya tiba-tiba mati total, dan ternyata karena socket kabel switch lampu jauh dekatnya yang bermasalah. Kurang lebih pukul 13.30 kami melanjutkan perjalanan, naik ke Dieng lewat Telaga Menjer untuk sekedar melihat dan ambil gambar.

wonosobo – dieng

Sampai di Dieng sekitar pukul 14.30 setelah dihadang kemacetan di pos pendakian gunung prau dan rumah warga yang ada hajatan :D. Sampai di Dieng langsung mencari penginapan dan dapat kamar di Hotel Gunung Mas, sekamar berdua, kamar mandi dalam dan pemanas air (meskipun tdk bisa memakainya :D) seharga 180rb. Setelah meletakkan barang-barang dan sholat Ashar kami lanjut untuk jalan-jalan dan mencari cemilan serta pasta gigi.

Menjelang sore langsung ngamar karena udaranya begitu menusuk, meskipun tidak sampai ke tulang (dagingnya tebal) :D, malam hari kami keluar sebentar untuk makan malam dan beli manisan Carica untuk oleh-oleh.

Impresi setelah 2 minggu memakai velg chemco & ban swallow sb117

Dua minggu sudah saya memakai velg chemco ukuran 2.5″ depan dan 3.5″ belakang lingkar 17″, kesan sesaat setelah pemasangan terasa lebih rendah dibandingkan ketika masih memakai velg standart lingkar 18″. Ini terlihat ketika motor posisi standar tengah, pada saat masih memakai velg ori nya ban nempel dengan lantai nyaris tanpa jarak sama sekali

 

Setelah memakai velg chemco 17″ ada sedikit jarak antara ban dan lantai,ban bisa diputar dalam kondisi standar tengah

Selain itu kesan berbeda terasa saat melewati tikungan dengan kecepatan sedang, pada saat masih memakai velg ori nya terasa ban belakang seperti geal geol (termasuk efek memakai peninggi shock belakang) dan rasa itu hilang setelah memakai velg chemco ini, begitu pula saat melaju kecepatan tinggi dan melewati marka kejut,terasa lebih anteng.
Untuk masalah karet bundar saya memilih Swallow SB117 ukuran 100/80-17 untuk depan dan 120/80-17 untuk belakang yang katanya termasuk ban tipe dual purpose dengan harga terjangkau. Alasan utama sih karena harga dan motifnya, walaupun ada tmen yang bilang ban tersebut tidak enak untuk menikung, licin saat melewati jalanan basah dan sebagainya. Sampai saat ini yang paling saya rasakan ban ini mulai terasa gripnya setelah dipakai berkendara terus menerus lebih dari 30menit,berbeda dengan ban ori nya, saya kurang bisa merasakan gigitannya. Mungkin karena perbedaan tipe compoundnya, dimana setahu saya SB117 ini termasuk medium compound.
Dan yang saya rasakan sedikit menggangu adalah jarak ban depan dan spakbor yang terlalu tipis,sering kali terdengar bunyi gesekan yang terjadi karena ada batu atau pasir yang menempel di celah-celah kembangan ban dan menggesek spakbor, mungkin butuh dibuatkan bracket agar lebih tinggi.
Untuk sementara ini yang saya rasakan, untuk review pemakaian jarak jauh nanti akan saya sampaikan di artikel lain. Terimakasih.